Thursday, January 15, 2009

STANDARD PRECAUTION

By Sardi

A. Latar belakang
Pada tahun 1985, secara besar besaran dikarenakan oleh berkembangnya HIV/AIDS, petunjuk untuk melindungi para pekerja kesehatan agar tidak terinfeksi oleh virus HIV dan penyakit lain yang ditularkan melalui darah maka dikembangkan suatu rujukan pencegahan yang disebut dengan Universal Precaution (UP), secara cepat Rumah Sakit dan Klinik melaksanakan program ini dikarenakan selain melindungi pekerja kesehatan dari penularan infeksi juga mencegah penularan dari pasien ke pasien dan juga penularan dari pekerja kesehatan ke pasien.
Selain itu juga karena sebagian besar penyakit infeksi yang disebarkan melalui darah seperti HIV/AIDS tidak memilki tanda-tanda dan tidak dapat dikenali ketika menginfeksi seseorang. Universal Precaution kemudian dimodifikasi untuk semua orang yang datang ke fasilitas kesehatan tanpa memperhitungkan apakah mereka terinfeksi atau tidak (CDC 1985).
Hampir pada saat yang bersamaan UP diperkenalkan, suatu system yang baru yang melindungi pekerja kesehatan dan pasien juga diperkernalkan sebagai alternatif dari UP yang diperuntukkan bagi penyakit infeksi yang telah terdiagnosis (Lynch et al 1987). Pendekatan ini dikenal dengan Body Subtance Isolation (BSI), difokuskan untuk melindungi pekerja kesehatan dan pasien dari semua cairan dan substansi tubuh yang kemungkinan terinfeksi (sekresi dan eksresi) tidak hanya darah. BSI di dasarkan pertama kali dengan penggunaan sarung tangan. Pekerja kesehatan diharuskan untuk menggunakan sarung tangan bersih sebelum menyentuh membran mukosa dan kulit yang terluka dan sebelum kontak dengan cairan tubuh seperti darah, semen, sekresi vagina,cairan yang keluar dari luka, sputum, air liur, cairan amnion dsb, masalah masalah lain yang tercakup dalam BSI antara lain:

a. Perlindungan imunisasi bagi staff dan pasien yang dicurigai dari penyakit yang ditularkan melalui airborne dan droplet seperti: measles, mumps, chicken fox dan rubella. Begitu juga dengan imunisasi hepatitis A dan B dan juga tetanus toxoid, termasuk juga boosternya,

b. Juga merevisi tentang peraturan sebelum memasuki kamar pasien atau perawatan pada pasien yang terinfeksi dengan penyakit yang menyebar melalui airborne (Lynch et al 1990).
BSI cepat sekali diterima dan diimplementasikan di Rumah Sakit dan Klinik di Amerika dikarenakan hal ini sederhana dan mudah dipelajari dan juga semua pasien, tidak hanya yang telah terdiagnosis mungkin terinfeksi. Kerugiannya adalah biaya tambahan yang lebih mahal yang harus ditanggung oleh rumah sakit atau pasien (Patterson et al 1991)

Sebagai akibatnya sebagian pekerja kesehatan mulai bingung mana yang harus mereka gunakan apakah UP atau BSI, sebagian menggunakan UP dan sebagian lagi menggunakan BSI, memang bagi mereka yang menggunakan UP juga melaksanakan BSI begitu juga sebaliknya. Selain itu juga banyak pertentangan mengenai penggunaan sarung tangan dan mencuci tangan, juga perlunya perlindungan lebih pada penyakit yang disebarkan melalui airborne, droplet dan dengan cara kontak langsung merupakan keterbatasan utama BSI (Rudnick et al 1993)
Barulah setelah itu dikembangkan satu system terpadu tentang prosedur isolasi yang hemat secara logistic dan mencegah begitu banyak infeksi di fasilitas kesehatan dan yang telah diketahui semua cara penyebarannya.

Acuan baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996 meliputi dua level pendekatan yaitu:
a. Standard Precaution, yang digunakan bagi semua pasien dan klien yang datang ke fasilitas kesehatan, dan
b. Transmission-Based Precaution, yang digunakan hanya bagi pasien yang dirawat dirumah sakit.(Garner and HICPAC 1996)

Sistem baru ini mencakup kedua ciri dari UP dan BSI, terlebih lagi ini meaggantikan system pencegahan spesifik pada suatu penyakit yang susah untuk dilaksanakan.
Dikarenakan sebagian besar orang yang megidap infeksi virus yang ditularkan melalui darah seperti HIV dan HBV tidak memilki gejala atau tidak dapat dikenali apakah mereka terinfeksi atau tidak maka Standar Precaution dirancang untuk semua orang pasien, klien dan staff tanpa memeperhitungkan apakah mereka terinfeksi atau tidak. Standar precaution digunakan untuk darah dan semua cairan tubuh sekresi dan ekskresi (selain keringat) kulit yang terluka dan juga membran mukosa. Menggunakan standard precaution merupakan strategi utama untuk mencegah infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat dirumah sakit.
Selama bertahun tahun telah diketahui bahwa sarung tangan terbukti lebih efektif dibandingkan gawn dalam mencegah kontaminasi silang (LeClair et al 1987), tetapi keterbatasan dana terutama di negara yang miskin dalam menyediakan sarung tangan menjadi masalah utama.selain itu ketersediaan air bersih dan sterilisai alat alat kesehatan juga menjadi masalah, oleh sebab itu pihak yang berwenang diminta untuk melakukan penelitian dan merevisi Standard precaution ini sesuai dengan apa yang mungkin dan dapat dilaksanakan di negara masing masing.

B. Definisi
Standar precaution adalah prosedur pencegahan penyebaran infeksi yang mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Objek yang dijadikan perhatian adalah : darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit yang terbuka dan membran mukosa.

C. Tujuan dan Manfaat
Adalah untuk mencegah atau meminimalisasi terjadinya penyebaran infeksi dari pasien ke pekerja kesehatan dan sebaliknya atau dari pasien ke pasien lainnya (infeksi nosokomial).


A. Landasan Teori

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).
Infeksi adalah keberhasilan menginvasi, menetap dan bertumbuhnya mikroorganisme di dalam jaringan tubuh hospesnya. Dapat bersifat akut atau kronis. Cross infection infeksi yang terjadi jika mikrooganisme pathogen berpindah dari orang yang satu ke orang lain, atau dari binatang kepada manusia. Cara penularan infeksi bisa melalui
1. Kontak ; Langsung, tidak langsung, droplet
2. Udara ; Debu, kulit lepas
3. Alat ; Darah, makanan, cairan intra vena
4. Vektor / serangga; Nyamuk, lalat
Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi antara lain: faktor internal (seperti usia, penggunaan obat, penyakit penyerta,
malnutrisi, kolonisasi flora normal tubuh, personalhygiene yang rendah,perilaku personal dll) serta faktor eksternal (seperti banyaknya petugas kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur invasif, lama tinggal di RS, lingkungan yang terkontaminasi dll).
Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi. Mereka terbagi dalam 4 golongan yaitu Bakteri, virus, jamur/fungi dan parasit. Kolonisasi berarti pathogenic microorganism telah ada dalam tubuh seseorang tapi belum menimbulkan gejala-gejala dan kelainan medis tapi bisa terdeteksi dengan pemeriksaan culture test.
Infeksi juga berarti kolonisasi organism telah menimbulkan penyakit (respon seluler) pada tubuh seseorang. Terjadinya kontak dengan dengan microorganism tidak langsung menyebabkan infeksi karena adanya mekanisme pertahanan alami tubuh (immune system) untuk melawan dan menghancurkan mikroorganisme tersebut. Demikian ketika organisme menyebar dari seorang ke orang lain maka akibatnya kolonisasi lebih dari infeksi umumnya. Orang yang terkolonisasi dapat menjadi sumber utama penyebab untuk penyebaran pathogen ke orang lain (crosscontamination) terutama jika organisme bertahan dalam tubuh (chronic carrier) seperti orang dengan infeksi HBV, HCV dan HIV.
Pencegahan infeksi tergantung bagaimana pemasangan barrier/penghalang antara orang dengan immune system yang menurun dan mikroorganisme. Protektive barrier bisa berupa fisik, mekanikal atau kemikal proses dapat membantu mencegah penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi dari:
1. Orang ke orang (pasien, petugas kesehatan dll)
2. Perlengkapan, alat-alat dan lingkungan kepada orang.

B. Standar Precaution
Komponen utama dari standar precaution adalah sebagai berikut:
1. Mencuci tangan atau menggunakan antiseptic handscrub.
a. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, ekskresi dan alat alat yang terkontaminasi.
b. Segera setelah melepaskan sarung tangan.
c. Diantara kontak pasien kepasien.
2. Sarung tangan.
a. Untuk kontak dengan darah, cairan tubuh sekresi dan alat alat yang terkontaminasi.
b. Untuk kontak dengan membrane mukosa dan kulit yang terluka.
3. Masker, pelindung mata dan masker wajah.
Melindungi membrane mukosa dari mata, hidung, dan mulut ketika kemungkinan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh.
4. Gowns atau apron.
a. Melindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh.
b. Mencegah pengotoran pakaian selama prosedur yang mungkin juga kontak dengan darah atau cairan tubuh.
5. Linen.
a. Tangani dengan hati hati linen yang kotor jangan sampai mengenai kulit atau membrane mukosa.
b. Jangan rendam linen yang kotor didaerah perawatan pasien.
6. Alat alat yang digunakan untuk perawatan pasien.
a. Tangani dengan hati hati alat alat yang telah digunakan atau kotor untuk mencegah kontak dengan kulit atau membrane mukosa atau untuk mencegah mengotori pakaian dan lingkungan.
b. Bersihkan alat alat yang dapat digunakan kembali sebelum digunakan.
7. Kebersihan lingkungan.
Secara rutin rawat, bersihkan dan desinfeksi peralatan dan furniture diarea perawatan pasien.
8. Peralatan yang tajam.
a. Hindari menutup kembali jarum suntik yang telah digunakan.
b. Hindari melepaskan jarum suntik yang telah digunakan dari disposable syringe.
c. Hindari untuk membengkokan atau memanipulasi jarum yang telah digunakan.
d. Tempatkan benda benda tajam dan jarum di tempat yang tahan tusukan.
9. Resusitasi pasien.
Gunakan pelindung mulut, resuscitation bag atau peralatan ventilasi yang lain untuk menghindari mulut ke mulut resusitasi.
10. Penempatan pasien.
Tempatkan pasien yang mengkontaminasi lingkungan atau tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan di kamar khusus.

Contoh-contoh dibawah ini menciptakan suatu tahanan pelindung untuk mencegah infeksi pada pasien dan pekerja kesehatan dan memperlihatkan suatu cara untuk melaksanakan pelaksanaan Standar Precaution yang baru.
1. Anggaplah setiap orang baik pasien maupun staff sebagai seseorang yang potensial terinfeksi dan rentan terhadap infeksi.
2. Mencuci tangan, merupakan prosedur yang paling penting untuk mencegah infeksi silang ( baik orang ke orang atau pun dari benda yang terkontaminasi ke orang).
3. Menggunakan sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh segala sesuatu yang basah, kulit yang terluka, membran mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya, atau peralatan yang kotor dan sampah yang terkontaminasi, atau ketika akan melakukan setiap tindakan invasive.
4. Gunakan pelindung fisik, (protektif goggles, masker wajah, dan apron) jika kemungkinan akan terkena atau terpercik dengan semua bentuk cairan tubuh (sekresi dan eksresi) misalnya pada saat membersihkan peralatan dan yang lainnya.
5. Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit atau membrane mukosa sebelum tindakan operasi, membersihkan luka atau melakukan handrub atau juga surgicalscrub dengan menggunakan antiseptic yang berbahan dasar alcohol.
6. Gunakan praktek kerja yang aman seperti tidak menutup kembali atau membengkokan jarum suntik yang telah dipakai, ketika memberikan sesuatu yang tanjam atau alat untuk menjahit luka juga harus ekstra hati hati.
7. Buang sampah dan bahan yang terinfeksi dengan aman, untuk menlindungi mereka yang menangani dan membuangnya dan juga untuk melindungi masyarakat umum.
8. Proses semua instrumen, sarung tangan dan alat alat yang lainnya setelah digunakan dengan cara didekontaminasikan terlebih dahulu dan bersihkan hingga benar benar bersih setelah itu disterilisasikan atau desinfeksikan secara baik sesuai dengan prosedur yang dianjurkan.


Proses Keperawatan pada tindakan Standar Precaution

A. Handwashing.
Handwashing atau mencuci tangan adalah menggosokkan semua permukaan dan celah-celah tangan secara bersamaan dengan menggunakan sabun atau bahan kimia dan air. Cuci tangan merupakn satu komponen dari semua tipe isolation precaution dan ini merupakan hal yang paling dasar dan efektif dalam mengontrol infeksi dengan cara mencegah transmisi agen-agen infeksi.
Tiga kunci utama mencuci tangan adalah sabun, atau bahan kima dan air serta friksi atau gesekan kedua belah tangan. Sabun yang mengandung anti microbial biasanya digunakan pada daerah yang berisiko tinggi seperti emergensi departement dan ruang perawatan.
Mencuci tangan harus dilakukan ketika tiba di tempat kerja, sebelum meningggalkan tempat kerja, diantara kontak dengan pasien, setelah melepaskan sarung tangan, atau ketika ytangan terlihat kotor, sebelum makan, setelah membuang kotoran, setelah kontak dengan cairan tubuh dan setelah bersentuhhan dengan alat alat yang terkontaminasi dan setelah melakukan prosedur invasive. Durasi lamanya mencuci tangan tergantung pada situasi, mencuci tangan seama 10 sampai dengan 15 detik direkomendasikan untuk membersihkan transient flora dari kedua tangan, area yang berisiko tinggi seperti nurseries biasanya dianjurkan untuk mencuci tangan selama 2 menit, dan tangan yang kotor boiasanya membutuhkan waktu yang lebih lama.(CDC 1983,1991)

1. Pengkajian
a. Kaji lingkungan apakah fasilitasnya cukup memadai untuk mencusi tangan. Apakah airnya bersih? Apakah tersedia sabun? Apakah ada handuk yang kering untuk mengeringkan tangan anda?
b. Teliti dan periksa kedua tangan anda apakah terdapat luka, kuku yang terkelupas atau ada darha yang sangat kotor.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko terhadap infeksi

3. Perencanaan.
a. Tujuan yang ingin dicapai
Tangan perawat atau caregiver akan dibersihkan secara adekuat untuk menghilangkan mikroorganisme, transient flora, dan kotoran dari kulit
b. Alat alat yang dibutuhkan
1) Sabun.
2) Tissue atau kain handuk.
3) Basin atau wastafel.
4) Air keran yang mengalir.
c. Perkiraan waktu untuk menyelesaikan cuci tangan sekitar 3 menit
d. Pendidikan kesehatan yang dibutuhkan
1) Ajarkan pasien untuk mencuci tangan ketika terlihat kotor, sebelum makan, setelah buang kotoran baik kecil maupun besar, dan setelah kontak dengan cairan tubuh.
2) Ajarkan kepada klien untuk mencuci tagan dari daerah yang sedikit kotor kedaerah yang lebih kotor.
3) Ajarkan kepada pasien untuk menutup keran dengan tissue atau handuk untuk mencegah tangan terkontaminasi kembali.

4. Implementasi.
a. Lepaskan perhiasan seperti cincin, sedangkan jam tangan jika memungkinkan bisa ditolak ke atas kearah siku atau pertengahan pergelangan, juga gulung lengan baju ke atas siku atau lengan
b. Periksa kedua tangan apakah terdapat luka, kuku yang rusak atau tersayat, luka atau lecet pada kulit, atau daerah yang teramat kotor.
c. Buka kran air, atur aliran dan suhunya, suhu air haruslah hangat.
d. Basahi kedua tangan dan lengan bawah di bawah air kran yang mengalir, letakan tangan dalam posisi ke bawah dengan siku lurus. Hindari memercikan air atau menyentuh wastafel.
e. Gunakan sekitar 5 ml sabun cair, ratakan keseluruh tangan.
f. Secara menyeluruh gesekan kedua tangan selama 10 sampai 15 detik, masukan jari jari tangan yang satu kecelah jari tangan yang lain dan gesekan kedepan dan belakang. Gesek telapak dan belakang tangan dengan gerakan melingkar. Perhatikan secara khusus pada lipatan tangan dan kuku jari yang diketahui sebagai tempat tinggal mikroorganisme.
g. Bilas kedua tangan dalam posisi kebawah dengan siku lurus, bilas dari arah lengan, ke pergelangan dan jari-jari tangan.
h. Keringkan tangan secara menyeluruh dengan tissue atu handuk dari arah jari tangan menuju ke pergelangan tangan dan buang tissue ditempat sampah
i. Matikan kran air dengan dilapisi tissue yang bersih dan kering atau handuk.
5. Evaluasi.
a. Mencuci tangan adekuat untuk mengontrol flora topical dan agen agen penyebab infeksi yang ada ditangan
b. Tangan tidak terkontaminasi selama ata segera sesudah mencuci tangan
6. Dokumentasi
Tidak ada dokumentasi yang dibutuhkan untuk cuci tangan yang rutin bagi perawat.


B. Memakai dan melepaskan sarung tangan dan gowns yang bersih dan yang terkontaminasi

1. Pengkajian
a. Kaji kondisi klien untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya spesifik isolation precaution. Jenis dari mikroorganisme dan cara penyebarannya menentukan tingkat precaution yang akan digunakan.
b. Periksa hasil laboratory pasien untuk mengetahui organism apa yang menginfeksi pasien dan respon dari system immune pasien.
c. Periksa tindakan apa yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan agar semua bahan dan alat yang dibutuhkan tersedia.
d. Kaji pengetahuan pasien tentang perlunya menggunakan sarung tangan dan gowns untuk mengarahkan pendidikan kesehatan pada pasien.
e. Periksa prosedur apa yang sedang dilakukan dimana tidak semua prosedur yang steril membutuhkan gown.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko terjadinya infeksi.
b. Isolasi social.
c. Situasional penurunan harga diri.

3. Perencanaan
a. Tujuan yang ingin dicapai.
1) Pasien akan berinteraksi pada level social yang sesuai dengan dengan perawat, keluarga, dan pengunjung yang lain.
2) Pasien akan tetap terbebas dari infeksi nosokomial.
3) Perawat dan pasien yang lainnya akan tetap terbebas dari infeksi nosokomial

b. Alat yang dibutuhkan
1) Gown, yang steril atau pun yang bersih
2) Sarung tangah baik yang steril atau yang bersih

c. Pendidikan kesehatan yang dibutuhkan
1) Pasien harus dibertahukan alasan dan kebutuhan terhadap isolasi.
2) Pasien harus dianjurkan bahwa penggunaan masker, cap dan gown akan dihentikan ketika sudah dirasa aman dari infeksi, walaupun sarung tangan akan terus digunakan untuk sebagai environmental precaution.
3) Pasien serta keluarga yang mendampinginya harus melaporkan kepada perawat jika terdapat tanda tanda infeksi.
4) Sediakan informasi terulis tentang mengapa harus dilakuakn isolasi dan minta pasien dan keluarga atau caregiver mengulangi atau menjelaskan apa yang telah mereka ketahui dan alasan mengapa dilakukan isolasi.
5) Minta pasien dan kelurga untuk berpartisipasi dalam mempertahankan standar isolasi dengan menjelaskan segala bentuk penyimpangan atau pelanggran tkhnik isolasi yang mereka ketahui dan temukan.

4. Implementasi
a. Cuci tangan.
b. Pakai gown sebelum mengenakan masker atau cap.
a) Pastikan gown menutupi semua pakaian anda.
b) Tarik lengan gown turun sampai kepergealngan tangan.
c) Ikat gown pada daerah leher dan pinggang.
c. Pakai sarung tangan yang bersih, jika digunakan dengan gown, pakai sarung tanagn setelah gown dan tarik sarung tangan sehingga menutupi lengan gown.
d. Masuki runagan pasien dan jelaskan perlunya menggunakan sarung tangan dan gown.
e. Setelah melakukan tugas tugas yang penting, lepaskan sarung tangan dan gown sebelum meninggalkan ruangan.
1) Buka ikatan gown dan lepaskan dari bahu, lipat dan gulung gown kedepan sehingga membentuk bola, sehingga bagian yang terkontaminasi digulung dibagian tengah gown lau buang ditempat yang sesuai.
2) Pegang bagian tepi luar dari sarung tangan dan tarik serta balikan bagian luar kedalam. Pegang dan satukan dengan sarung tangan yang sebelah lagi.
3) Lepaskan sarung tangan lainya dengan tanpa menyentuh bagian luarnya, balikan sarung tangan tersebut yang luar kedalam dan masukan sarung tangan pertama kedalamnya bersamaan ketika melepaskanya. Buang sarung tangan tersebut ketempat yang sesuai.
f. Cuci tangan.

5. Evaluasi
a. Klien berinreraksi pada level social dengan perawat, anggota keluarga dan pengunjung yang lainnya.
b. Klien bebas dari infeksi nosokomial.
c. Staff dan semua populasi pasien tetap bebas dari tanda dan gejala infeksi.

6. Dokumentasi
a. Dalam bentuk naratif dokumentasikan metode apa yang digunakan dalam perawatan pasien untuk mencegah terjadinya infeksi dan penyebarannya. Jangan lupa untuk mencatat jika terjadi kesalahan dalam tekhnik isolasi.
b. Catat respon dan tanggapan pasien dan keluarga terhadap isolasi.

C. Memakai penutup kepala dan sarung tangan.

Mencuci tangan merupakan satu tekhnik yang paling penting untuk mengontrol infeksi. Sedangkan metode yang lain yang digunakan untuk mengontrol infeksi adalah penggunaan penghalang atau barrier yang special seperti masker dan penutup kepala. Masker diperlukan ketika merawat pasien dalam strict isolation, kontak isolasi, atau respiratori isolasi. Masker jugan harus digunakan ketika merawat pasien dengan gangguan system imun tubuh atau pasien dengan hepatitis B atau AIDS. Pelindung mata dan muka biasanya juga digunakan sebagai tambahan dari masker.

1. Pengkajian
a. Kaji prosedur yang spesifik yang dibutuhkan dalam perawatan pasien yang sesuai dengan kondisi pasien. Jenis dari mikroorganisme dan cara penyebarannya menentukan tingkat kehati hatian yang dibutuhkan.
b. Periksa hasil laboratory pasien untuk mengetahui organism apa yang menginfeksi pasien dan respon dari system immune pasien.
c. Periksa tindakan apa yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan agar semua bahan dan alat yang dibutuhkan tersedia.
d. Kaji pengetahuan pasien tentang diperlikannya penggunaan masker dan cap kepala selama perawatan guna untuk mengarahkan paendidikan kesehatan terhadap pasien.
e. Kaji jenis tindakan operasi yang sedang dilakukan karena tidak semua prosedur steril yang membutuhkan masker dan penutup kepala.

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko terjadinya infeksi.
b. Isolasi sosial.
c. Situasional penurunan harga diri.

3. Prencanaan
a. Tujuan yang diharapkan
1) Pasien akan berinteraksi pada level social yang sesuai dengan dengan perawat, keluarga, dan pengunjung yang lain.
2) Pasien akan tetap terbebas dari infeksi nosokomial.
3) Perawat dan pasien yang lainnya akan tetap terbebas dari infeksi nosokomial.
4) Perawat akan menghindari menyebarkan infeksi kepada orang lain.

b. Alat alat yang dibutuhkan
1) Penutup kepala atau Cap
2) Masker
3) Masker dengan penutup kepala jika dibutuhkan

c. Pendidikan kesehatan yang dibutuhkan.
1) Pasien harus diberi tahukan tentang diperlukannya isolasi.
2) Pasien harus diyakinkan bahwa tidak perlu lagi menggunakan masker dan penutup kepala jika keadaan sudah memungkinkan.
3) Pasien, caregiver dan juga keluarga harus melaporkan kepada perawat jika terdapat tanda dan gejala infeksi.

4. Implementasi
a. Cuci tangan.
b. Gunakan Cap atau penutup kepala, yakinkan bagi wanita untuk mengikat rambut dan seluruh rambut harus tertutup oleh cap. Bagi laki laki yang memilki jambang, jenggot dan kumis pastikan juga agar memakai cap yang menutupi semua rambut rambut ini.
c. Pakailah masker sehingga masker menutupi seluruh mulut dan hidung. Untuk masker yang menggunakan tali :
1) Pegang bagian atas masker dan tekan bagian atas masker yang terdapat metal didalamnya diatas batang hidung.
2) Tarik dua tali bagian atas diatas telinga dan ikatkan pada bagian belakang kepala.
3) Ikatkan dua tali masker bagian bawah didaerah leher bagian atas sehingga bagian bawah masker rapat tepat dibawah dagu.
d. Masuk kedalam kamar pasien dan jelaskan mengapa perawat harus memakai masker dan penutup kepala.
e. Setelah menyelesaikan pekerjaan yang dibutuhkan lepaskan masker dan penutup kepala sebelum meninggalkan kamar pasien.
1) Buka ikatan bagian bawah kemudian bagian atas dan lepaskan dari hidung dan mulut dengan tetap memegang pada bagian talinya dan buang ketempat yang sesuai.
2) Pegang permukaan bagian atas dari penutup kepala tarik dan lepaskan lalu buang pada tempat sampah yang sesuai.
f. Cuci tangan.

5. Evaluasi
a. Klien berinteraksi pada level sosial dengan perawat, anggota keluarga dan pengunjung yang lainnya.
b. Klien bebas dari infeksi nosokomial.
c. Staff dan semua populasi pasien tetap bebas dari tanda dan gejala infeksi
6. Dokumentasi
Dokumentasikan jenis protective barrier yang digunakan dan pemahaman pasien tentang proses

D. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi.

Tindakan pengontrolan infeksi ditujukan untuk semua klien, tanpa membedakan dimana tempat pelayanan kesehatannya. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi dari lingkungan pasien setelah tindakan perawatan meupakan tanggung jawab semua personel kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien dengan infeksi.
Menempatkan alat alat yang terkontaminasi secara tepat mencegah terjadinya kontaminasi silang disekitar lingkungan pasien dan juga infeksi silang terhadap individu lain disekitar pasien, peralatan perlu untuk dimasukkan ke dalam kantong plastik jika terkontaminasi dengan material yang terinfeksi seperti darah, nanah, cairan tubuh, feses atau sekresi dari saluran nafas. Hal ini dibutuhkan terutama pada setting dimana medical personel bekerja dengan banyak pasien sepanjang hari dengan resiko terhadap penyebaran infeksi dari klien kepada perawat, dari perawat ke perawat dan terhadap klien yang lain.

1. Pengkajian
a. Kaji proses penyakit yang terjadi pada pasien dan juga kondisi medis pasien. Mengetahui proses penyakit dan kondisi status kesehatan klien saat ini akan membantu perawat dalam merencanakan dan mengorganisir tindakan perawatan serta mengunakan metode infection control yang tepat.
b. Kaji pengetahuan pasien tentang tindakan pencegahan infeksi. Tentukan pemahaman tentang dasar dari tindakan pencegahan infeksi. Pasien mungkin akan merasa cemas dan bingung jika tindakan prosedur isolasi digunakan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko terhadap infeksi.
b. Isolasi sosial.
c. Situasional Low Self-Esteem.

3. Perencanaan
a. Tujuan yang akan dicapai:
1) Pasien akanmenunjukan pemahaman tentang prosedur pencegahan infeksi.
2) Klien akan mendemonstrasikan perawatan diri yang berhubungan dengan pencegahan infeksi.
3) Semua peralatan dan barang yang terkontaminasi disekitar pasien akan dibuang dengan prosedur yang tepat.
4) Personel yang merawat klien akan menggunakan metode infection control yang sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.

b. Peralatan yang dibutuhkan:
1) Disposable sarung tangan.
2) Tempat tautan kantong linen.
3) Water soluble bag atau tempat pembuangan linen yang kotor. Beberapa tempat pelayanan kesehatan biasanya mengharuskan penggunaan double bag untuk linen yang terkontaminasi.
4) Katong linen yang lain jika double bagging diperlukan.

c. Pendidikan kesehatan terhadap pasien.
1) Ajarkan pasien tentang prosedur infectin control yang sedang dilakukan. Pasien yang telah dibertahu atau mengerti akan memonitor komplience dari perawat juga pengunjung terhadap prosedur pengontrolan infeksi.
2) Jelaskan kepada pasien tentang tindakan pengontrolan infeksi yang sedang akan digunakan.
3) Jelaskan kepada pasien tujuan dari setiap peralatan yang digunakan dan berhubungan seperti kantong linen dan tempat sampah yang special.
4) Demonstrasikan cara mencuci tangan yang tepat kepada pasien dan pengunjung.
5) Minta pasien untuk mengingatkan pengunjung untuk mencuci tangan ketika memasuki dan meninggalkan ruangan pasien dan untuk membuang barang barang pasien yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang telah disediakan. Hal ini terutama penting jika pengunjung juga iku berpartisipasi dalam perawatan pasien.
6) Dorong pasien dan keluarga untuk berkerja sama dalam universal precaution. Hal ini digunakan dalam perawatan pasien baik dirumah sakit atau pun dirumah.

4. Implementasi
a. Cuci tangan sebelum memasuki kamar pasien.
b. Guanakan sarung tangan disposable dan alat pelindung lainnya sesuai dengan situasi dan ketentuan dari rumah sakit atau agensi.
c. Tempatkan linen bag berlabel pada tautannya.
d. Kumpulkan linen dan pisahkan dari yang terkontaminasi.
e. Jangan biarkan linen untuk menyentuh lantai.
f. Tempatkan linen yang kotor kedalam kantong dan linen yang bersih ditempat yang lain.
g. Jangan meggoyang linen ketika memindahkannya dari tempat tidur atau kamar mandi.
h. Jangan biarkan linen yang kotor menyentuh baju anda, angkat linen dengan tangan didepan menjauh dari tubuh.
i. Jangan mengisi kantong linen terlalu penuh.
j. Ikat kantong linen dengan ketat.
k. Cek jika ada bocor atau robek pada kantong linen.
l. Gunakan double bag jika dikhawatirkan bagian luar dari kantong terkontaminasi.
m. Cuci tangan.

Double-bagging tekhnik:
n. Lakukan prosedur a - m lalu tempatkan kantung linen yang pertama kedalam kantong yang kedua bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan perawat yang lain.
o. Linen bag yang kedua diberikan label dan diikat.
p. Linen kemudian siap untuk dikirim ke laundry.
q. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar pasien.

Memindahkan peralatan dan bahan yang terkontaminasi lainnya.
a. Untuk penggantian dan pembuangan tempat sampah ikuti prosedur yang sama dengan linen.
b. Sharp container harus diganti ketika sudah penuh atau ketika bagian luarnya terkontaminasi atau sesuai dengan kebijakan agensi, kunci penutupnya dan ikuti prosedur rumah sakit untuk pembuangannya.
c. Selalu mencuci tangan ketika memasuki dan meniggalkan kamar pasien.
d. Gunakan peralatan yang disposable jika memungkinkan.
e. Bungkus dan beri label yang sesuai untuk alat-alat yang terkontaminasi dan tidak disposable dan membutuhkan metode pembersihan yang spesial seperti desinfektan atau sterilisasi.
f. Pisahkan alat alat dari meja prosedur dari peralatan sekali pakai dan yang dapat digunakan kembali. Kirim peralatan yang akan digunakan kembali setelah ditempatkan pada pembungkus yang sesuai ke CSSD.
g. Untuk specimen laboratory harus ditempatkan kontainer yang bebas bocor dan tidak membutuhkan precaution yang lain, cek jika kontainer tidak terkontaminasi dari bagian luar.
h. Cuci tangan.

5. Evaluasi
a. Klien menunjukan pemahamannya tentang prosedur pencegahan infeksi.
b. Klien menunjukan tindakan perawatan diri yang berhubungan dengan pencegahan infeksi.
c. Semua peralatan yang terkontaminasi dibuang ditempat dan cara yang sesuai.
d. Perawat yang merawat pasien menggunakan prosedur pencegahan infeksi yang sesuai yang ditentukan oleh kondisi kesehatan pasien.

6. Dokumentasi
a. Dokumnetasikan tindakan pencegahan infeksi yang telah digunakan.
b. Dokumentasikan segala kejadian yang menyalahi prosedur pencegahan infeksi jika ada.

E. Menggunakan sarung tangan steril dengan metode terbuka.

Asepsis atau tekhnik steril meliputi semua praktek yang menghilangkan semua mikroorganisme dan spora dari suatu objek atau area. Penggunaan sarung tangan merupakan inti dari tekhnik aseptic. Kemampuan untuk menggunakan peralatan yang steril tanpa terkontaminasi merupakan sesuatu yang sangat penting untuk beberapa prosedur diagnostic dan intervensi terapeutik lainnya. Beberapa prosedur keperawatan yang membutuhkan tekhnik steril antara lain:
1. Semua prosedur invasive baik itu perforasi kulit secara sengaja ( injeksi, pemasangan cannula atau kateter) atau masuk ke dalam rongga tubuh (tracheabronchial suctioning, memasukan urinary kateter)
2. Tindakan keperawatan pada kalian dengan kerusakan pada permukaan kulit (mengganti dressing pada luka atau daerah sekitar IV cannula)
Ada dua cara untuk memakai sarung tangan yaitu secara terbuka dan tertutup. Metode terbuka biasanya sering digunakan pada prosedur yang membutuhkan tekhnik steril seperti mengganti perban atau balutan tetapi tidak membutuhkan untuk menggunakan gown.

1. Pengkajian
a. Teliti bungkus dari sarung tangan yang steril. Apakah masih utuh? Apakah basah atau terkontaminasi? Apakah sudah expired? Periksa kesterilan dari sarung tangan yang akan anda gunakan.
b. Periksa lingkungan yang sekitar, Apakah ada tempat yang sesuai untuk membuka bungkusan dari sarung tangan dan mengunakannya, permukaannya harus kering dan datar, serta bebas dari kemungkinan terkontaminasi oleh mikroorganisme secara airborne. Permukaan yang datar dan kering serta bersih diperlukan untuk menggunakan sarung tangan.

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko terjadinya infeksi.

3. Perencanaan
a. Tujuan yang ingin dicapai:
1) Kesterilan sarung tangan dapat dipertahankan ketika digunakan.
2) Kesterilan dari prosedur dapat dipertahankan.
b. Peralatan yang dibutuhkan.
Sarung tangan dalam bungkusan steril dengan ukuran yang sesuai.

c. Pendidikan kesehatan.
Beritahukan kepada pasien bahwa anda akan melakukan tindakan yang steril dan minta pasien untuk bekerjasama untuk tidak menyentuh sarung tangan yang steril, permukaan yang steril dan juga peralatan lain yang steril.

4. Implementasi
a. Cuci tangan.
b. Baca instruksi dari pembuat sarung tangan yang terdapat pada bungkus sarung tangan; lakukan sesuai petunjuk dalam membuka bungkusan luar dari sarung tangan, menempatkan bagian dalam dari pembungkus di atas permukaan yang bersih dan kering. Buka pembungkus bagian dalam sehingga sarung tangan terlihat.
c. Tentukan bagian yang kiri dan yang kanan; pakai sarung tangan pada tangan yang dominan terlebih dahulu.
d. Pegang lipatan pada pinggir sarung tangan sekitar 5 cm lebarnya dengan menggunakan ibu jari dan dua jari pertama dari tangan yang kurang dominan, pastikan anda hanya menyentuh bagian dalam dari lipatan tersebut.
e. Dengan gentle tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, yakinkan bahwa ibu jari dan jari kelingking sasuai dengan ukuran sarung tangan.
f. Dengan tangan dominan yang sudah bersarung tangan masukan jari anda ke bawah lipatan dari sarung tangan yang lainnya, ibu jari diabduksikan, pastikan untuk tidak menyentuh bagian manapun yang tidak steril.
g. Dengan gentle gunakan sarung tangan pada tangan yang tidak dominan pastikan jari-jari tangan masuk ke tempat yang sesuai
h. Dengan menggunakan kedua tangan yang bersarung tangan masukan jari tangan yang satu kejari tangan yang lainnya untuk lebih merapatkan sarung tangan kepada masing masing jari. Jika sarung tangan tersebut telah kotor lepaskan sarung tangan dengan membelikan bagian dalam keluar seperti berikut ini:
i. Masukan jari tangan dari tangan dominan yang memakai asrung tangan atau pegang sarung tangan pada bagian luar didaerah pergelangan jika tidak terdapat lipatan.
j. Tarik sarung tangan menuju jari jari dengan pertama kali membuka bagian dari ibu jari.
k. Masukan ibu jari yang sudah terlepas sarung tangannya kesarung tangan pada tangan lainnya didaerah pergelangan, hanya jari tangan yang masih menggunakan sarung tangan yang boleh menyentuh daerah yang kotor dari sarung tangan.
l. Tarik sarung tangan kebawah pada tangan yang dominan sampai pada daerah jarin tangan dan masukan sarung tangan ketangan yang sebelahnya.
m. Dengan tangan yang dominan sentuh hanya bagian dalam dari sarung tangan yang sebelah, tarik sarung tangan dari tangan yang domina sehingga hanya bagian dalam sarung tangan yang berada diluar.
n. Buang sarung tangan yang telah digunakan ditempat yang sesuai.
o. Cuci tangan.

5. Evaluasi
Sterilitas dari sarung tangan dan daerah yang steril dapat dipertahankan tanpa kerusakan.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan bahwa prosedur tersebut digunakan dengan tekhnik yang steril.

F. Surgical scrub

Mencuci tangan untuk keperluan operasi atau scrub dilakukan untuk menghilangan kotoran dan mikroorganisme dari kulit. Perawat yang bekerja dikamar operasi melakukan cuci tangan surgical untuk menurunkan resiko infeksi pada pasien jika tanpa disengaja sarung tangan yang steril dan robek atau rusak. Kulit pada tangan dan lengan perawat harus intact dan bebas dari luka. Di masing masing institusi kesehatan biasanya ditetapkan prosedur tentang bagai mana melakukan surgical scrub.

1. Pengkajian
a. Periksa lingkungan, peralatan serta kebersihan sekitar tempat mencuci tangan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi.
b. Periksa juga kesiapan anda, apakah anda sudah mempersiapkan handuk steril juga gown? Anda juga harus sudah menggunakan baju scrob dan menggunakan penutup sepatu atau sepatu special untuk kamar operasi. Kesiapan dari peralatan dan perawat membantu untuk mengurangi infeksi dengan mengurangi resiko terkontaminasi kembali setelah melakukan surgical scrub.

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko terjadinya infeksi

3. Perencanaan
a. Tujuan yang ingin dicapai.
Tangan dan lengan akan dibersihkan secara maksimum untuk digunakan sarung tangan dan gowns.
b. Peralatan yang dibutuhkan.
a) Peralatan untuk surgical scrub (sabun antimicrobial, dua buah sikat, pembersih kuku )
b) Penutup sepatu atau sepatu khusus ruangan operasi, penutup kepala, masker wajah, gown yang steril serta sarung tangan yang steril dengan ukuran yang sesuai.
c) Handuk steril.

4. Implementasi
a. Menyiapkan untuk Surgical Handwashing.
1) Lepaskan cicin, kuku buatan, jam tangan dan anting anting yang tidak sesuai dengan penutup kepala.
2) Gunakan wastafel yang dalam dengan tempat sabun cair yang memilki tempat pijakan atau bagian lain untuk mengeluarkan cairan sabun serta control aliran air serta suhunya.
3) Siapkan juga dua sikat surgical.
4) Gunakan penutup sepatu dan kepala yang menutup rambut dan telinga seluruhnya.
5) Gunakan masker.
6) Sebelum memulai surgical scrub:
ΠBuka bungkusan steril yang berisi gown dengan menggunakan aseptic tekhnik, buat lapangan steril dengan bagian dalam dari pembungkus gown.
ΠBuka handuk yang steril dan jatuhkan ketengah lapangan steril.
ΠBuka bungkus luar dari sarung tangan yang steril dan jatuhkan pembungkus dalam dari sarung tangan ketengah lapangan steril disebelah lipatan gown dan handuk.
7) Di wastafel yang dalam yang menggunakan control pada lutut atau kaki, buka kran air hangat, dibawah air yang mengalir basahi kedua lengan dan tangan (dari mulai siku keujung jari dengan menjaga agar lengan dan tangan tetap berada diatas siku selama melakukan prosedur (jangan sampai membasahi pakaian anda)
8) Gunakan sabun cair pada kedua tangan secukupnya dan gosokan sabun secara merata sampai 2 inchi diatas siku.
9) Gunakan pembersih kuku di bawah air yang mengalir, bersihkan bawah kuku dari setiap jari tangan dan jatuhkan pembersih kuku kedalan wastafel ketika selesai.
10) Basahi dan gunakan sabun pada sikat, jika dibutuhkan. Buka sikat yang masih terbungkus jika tersedia. Pegang sikat ditangan anda yang lebih dominan, dengan menggunakan gerakan melingkar, scrub kuku dan semua permukaan kulit pada tangan yang lainnya (10 gerakan pada setiap daerah kuku, telapak tangan dan bagian depan dari jari jari tangan).
11) Bilas sikat dengan air dan gunakan kembali sabun.
12) Lanjutkan scrub ketangan yang kurang dominan pada daerah bagian tengah bawah dan bagian atas lengan masing masing 10 kali gerakan melingkar kemudian jatuhjkan sikat kedalam wastapel.
13) Pertahankan tangan tetap berada lebih tinggi dari siku, tempatkan ujung jari dibawah air yang mengalir dan bilas tangan secara menyeluruh. Hati hati untuk tidak membasahi pakainan anda.
14) Ambil sikat yang kedua dan ulangi prosedur 10 – 13 pada tangan yang sebelahnya lagi.
15) Pertahankan tangan anda dalam posisi fleksi (diatas siku) dan menuju kekamar operasi dimana perlatan yang steril telah disediakan.
16) Ambil handuk yang steril dengan memegangnya pada salah satu pinggirnya, buka seluruh handuk secara keseluruhan dan pastikan untuk tidak menyentuh pakaian anda.
17) Keringkan setiap tangan dan lengan secara terpisah, keringkan jari jari tangan serta telapak tangan dengan gerakan melingkar sampai kesiku.
18) Balikkan handuk dan lakukan hal yang sama pada tangan sebelahnya.
19) Buang handuk yang telah digunakan ke dalam kantong linen.

b. Memakai gown.
1) Gown yang steril biasanya dilipat terbalik, bagian dalam keluar.
2) Pegang gown pada daerah leher dan biarkan gown terbuka didepan anda; tempatkan bagian dalam gown dihadapan anda jangan sampai menyentuh apapun.
3) Dengan tangan direntangkan setinggi bahu, masukan kedua tangan kedalam kedua lengan gown.
4) Perawat sirkuler akan berada dibelakang anda dan memegang bagian dalam dari gown membawanya melalui bahu dan mengikatkan tali pada daerah leher dan pinggang.
c. Menggunakan sarung tangan secara tertutup.
1) Dengan kedua tangan masih didalam kedua lengan baju, buka pembungkus dalam dari sarung tangan steril yang terdapat pada lapangan steril gown.
2) Dengan tangan yang kurang dominan pegang lipatan dari sarung tangan untuk tangan yang dominan dengan tangan tetap didalam lengan gown dan letakan sarung tangan diatas letakan diatas lengan tangan yang dominan. Dengan telapak tangan menghadap keatas; letakkan telapak dari sarung tangan berlawana dengan tepak dari lengan gown, dengan jari jari sarung tangan mengarah kesiku.
3) Manipulasi sarung tangan sehingga ibu jari dari tangan dominan yang masih berada dalam gown memegang lipatan cuff dari sarung tanagn; dengan tangan yang kurang dominan putar lipatan tersebut diatas tangan yang dominan dan lipatan gown
4) Tangan yang kurang dominan yan masih berada didalam gown pegang lipatan sarung tanagan dan lengan gown dari tangan yang dominan; perlahan lahan masukan jari jari kedalam sarung tangan, pastikan lipatan sarung tangan tetap berada diatas lipatan dari lengan gown.
5) Dengan tangan dominan yang sudah memggunakan sarung tangan ulangi prosedur 7 dan 8 pada tangan yang kurang dominan.
6) Masukan jari satu tangan kecelah jari tangan yang lain untuk memapankan posisi sarung tangan.

5. Evaluasi
a. Tangan dan lengan perawat dipersiapkan secara adequate untuk dipakaikan gown dan sarung tangan.
b. Tangan dan lengan tidak terkontaminasi setelah disrub.
c. Sterilitas dari sarung tangan dan gown diperthankan selama digunakan.
d. Sterilitas lingkungan sekitar dapat dipertahankan ketika perwat mrnggunakan sarung tangan dan gown.

6. Dokumentasi
Dokementasikan hanya jika terjadi kejadian yang menyebabkan berkurang atau rusaknya kesterilan baik alat maupun tangan perawat yang dapat mempengaruhi perawatan pasien dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi.


KESIMPULAN

Secara umum infeksi dapat didefinisikan sebagai berkembang biaknya penyakit pada hospes disertai timbulnya respon imunologik dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik.

Konsep dasar Standar Precaution pertama kali digagas pada tahun 1985 dengan istilah pada waktu itu bernama Universal Precaution, didasarkan penyebaran penyakit AIDS yang semakin mengkhawatirkan. Dalam perkembangannya prosedur Standar Precaution resmi diperkenalkan pada tahun 1996 oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika.
Tujuan utama dari prosedur Standar Precaution adalah untuk mencegah atau meminimalisasi penyebaran infeksi. Fokus utama dari prosedur Standar Precaution adalah sumber-sumber infeksi yang berasal dari: darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit yang terbuka dan membran mukosa.
Asuhan keperawatan pada tindakan Standar Precaution diberlakukan tidak hanya pada pasien tapi untuk semua orang yang terlibat kontak dengan pasien atau memasuki area beresiko tinggi terjadinya penyebaran infeksi, terutama fasilitas kesehatan. Tujuan terpenting dari prosedur precaution di fasilitas kesehatan adalah untuk mencegah atau mengurangi infeksi nosokomial.



DAFTAR PUSTAKA


1. Gaylene Bouska., Patricia Buchsel,. Valere Coxon,.(2000), Fundamental and Advance Nursing Skills, New York, Delmar’s.
2. Linda Tietjen,. Debora Bossemeyer,.Noel Mcintosh,. (2003). Infection Prevention guidelines. USA. JHPIEGO.
3. Sue Hincliff, (1999), Dictionary of Nursing terjemahan Indonesia oleh Andry Hartono.
4. www.fikunpad.ac.id, Standar precaution, diakses pada tanggal 15 Desember, 2008 jam 1 00 pm, Waktu Kuwait.

Monday, December 29, 2008

Konsep Diri

Author : David Maulana Abdillah(220111080035)

A.Defenisi Konsep DiriUmumKonsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaann dan pendirian yang di ketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi, dalam lembaga dengan orang lain.
Menurut Stuart and Sundeen (1991)Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang di ketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Menurut Deek William and Raulin (1986)Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.Konsep diri dipelajri melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan orang lain tentang dirinya.
B.Rentang Respon Konsep DiriRespon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respons konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptif

RENTANG, RESPON KONSEP – DIRI
Respon adaptif Respon maladatif
Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan DeporsonalisasiDiri Rendah Identitas
Pada klien yang mengalami gangguan fisik, dirawat di rumah sakit, mengalami perubahan peran dan lingkungan, mempunyai resiko terjadinya gangguang konsep diri,. Untuk itu akan di jelaskan tiap komponen tentang perubahan yang dapat terjadi.

C.Pembagian Konsep Diri
Citra tubuh (Body image)
Ideal diri (self ideal)
Harga diri (self esteem)
Peran (role performance)
Identitas diri (personal identity)

CITRA TUBUH(Body image)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make-up, kontak lensa, pakaian, kursi roda). baik masa lalu maupun sekarang.
IDEAL DIRI
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa idela diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
HARGA DIRI
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
PERAN
Peran adalah seperangkat prilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubugnan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap dindividu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu
IDENTITASI
Identitas adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas di tandai dengan kemampuan memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai percayai diri, dapat mengonttrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
I.Teori Perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir
Konsep diri berkembang secara bertahap
Sejak lahir : mengenal dan membedakan orang lain
Batasan diri – terpisah dari lingkungan berkembang mell.
Kegiatan eksplorasi lingkungan
Pengalaman/pengenalan tubuh
Nama panggilan
Pengalaman
Budaya dan hubungan interperhensif
Perasaan positif
Perasaan berharga
Perasaan bernilai
Kemampuan pada area tentang yang dinilai untuk diri sendiri dan masyarakat
Aktualisasi diri : Realisasi diri yang nyata
II.Significant others (Orang penting/dekat)Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain“Belajar diri sendiri melaluicermin orang lain”Pandangan diri merupakan akan interpresasi dari pandangan orang lain terhadap diri sendiri
III.Self PerceptionPersepsi individu terhadap diri sendiriPersepsi individu terhada pengalaman akan situasi.Pandangan diri dan pengalaman akan menghasilkan konsep diri sendiri.

E. Gangguan Konsep Diri
a.Pengertian
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif
1.Gangguan citra tubuhGangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.Pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Sitesor pada tiap perubahan adalahPerubahan ukuran tubuh berat badan yang turun akibat penyakitPerubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti operasi, suntikan daerah pemasangan infus.Perubahan struktur, sama dengan perubahan bentuk tubuh di sertai degnan pemasangan alat di dalam tubuh.perubahan fungsi berbagaipenyakit yang dapat merubah sistem tubuhKeterbatasan gerak, makan, kegiatan.Makna dan objek yang sering kotak, penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain)Tanda dan gejala gangguan citra tubuh :1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2.Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3.Menolak penjelasan perubahan tubuh4.Persepsi negatif pada tubuh
5.Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6.Mengungkapkan keputusasaan
7.Mengungkapkan ketakutan

2. Gangguan Ideal DiriGangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena sakit maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji
1. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisaa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak main bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya saya pasti bisa sembuh pada hal prognosa penyakitnya buruk; setelahsehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.
3.Gangguan Harga DiriGangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
1.Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ).
a.Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan pemasangan alat yang tidak sopan (pengukuran pubis, pemasangan kateler pemeriksaan perincal)
b.Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
c.Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2.Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji
1.Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakti dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2.Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera kerumah sakit, menyalahgunakan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3.Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4.Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5.Percaya diri kurang. klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6.Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Gangguan PeranGangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosialo klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :Peran dalam keluargaPeran dalam pekerjaan/sekolahPeran dalam berbagai kelompokKlien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat di rumah sakit atau setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat di kaji
1.Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2.Ketidakpuasan peran
3.Kegagalan menjalankan peran yang baru
4.Ketegangan menjalankan peran yang baru5.Kurang tanggung jawab6.Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
5. Gangguan IdentitasGangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik maka identitas dapat terganggu, karena.Tubuh klien di kontrol oleh orang lain. Misalnya : Pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan persetujuan klien.Ketergantungan pada orang lain. Misalnya : untuk “self-care” perlu dibantu orang lain sehingga otonomi/kemandirian terganggu.Perubahan peran dan fungsi. klien menjalankan peran sakit, peran sebelumnya tidak dapat di jalankan.
Tanda dan gejala yang dapat di kaji
1.Tidak ada percaya diri
2.Sukar mengambil keputusan
3.Ketergantungan
4.Masalah dalam hubungan interpersonal
5.Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan
6.Projeksi (menyalahkan orang lain).
b). Faktor resiko penyimpangan konsep diri
1.Personal Identity DisturbancePerubahan perkembanganTraumaKetidaksesuaian GenderKetidaksesuaian kebudayaan
2.Body Image DisturbanceKehilangan salah satu fungsi tubuhKecacatanPerubahan perkembangan
3.Self Esteem DusturbanceHubungan interpersonal yang tidak sehat
Gagal mencapai perkembangan yang penting
Gagal mencpaai tujuan hidup
Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentuPerasaan tidak berdaya
Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentuPerasaan tidak berdaya
4.Altered Role PeformanceKehilangan nilai peran
Dua harapan peran
Konflik peran
Ketidakmampuan menemukan peran yang diinginkan
F. Pengkajian Konsep Diria.
Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi
.2. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.
b. Stresor Pencetus
a). Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian mengancam kehidupan
b). Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi.
ada tiga jenis transisi peran :
1). Transisi peran perkembangan
2). Transisi peran situasi
3) Transisi peran sehat /sakit
c. Sumber-sumber koping
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi :
Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah
Hobby dan kerajinan tangan
Seni yang ekspresif
Kesehatan dan perawan diri
Pekerjaan atau posisi
Bakat
TertentuKecerdasan
Imajinasi dan kreativitas
Hubungan interpersonal
d. Mekanisme
KopingPertahanan koping dalam jangka pendek
Pertahanan koping jangka panjang
Mekanisme pertahanan ego
Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka orang tersebut harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.Persepsi psikologis :Bagaimana watak saya sebenarnya ?Apa yang membuat saya bahagia atau sedih ?Apakah yang sangat mencemaskan saya ?
2.Persepsi Sosial
Bagaimana orang lain memandang saya ?
Apakah mereka menghargai saya bahagia atau sedih?
Apakah mereka membenci atau menyukai saya ?
3.Persepsi Fisis
Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya ?
Apakah saya orang yang cantik atau jelek ?
Apakah Tubuh saya kuat atau lemah ?
Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai dengan faktor yang dikaji :
1). IdentitasDapatkah anda menjelaskan siapa diri anda pada orang lain :
Karakteristik dan kekuatan
2). Body ImageDapatkah anda mejnelaskan keadaan tubuh anda kepada sayaApa yang paling anda sukai dari tubuh andaApakah ada bagian dari tubuh anda, yang ingin anda rubah
3). Self esteemDapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas
Ingin jadi siapakah anda
Siapa dan apa yang menjadi harapan anda
Apakah harapan itu realistis ?Siginifikan :
Apa respon anda, saat anda tidak merasa dicintai dan tidak dihargai ?
Siapakah yang paling penting bagi anda
Competence :
Apa perasaan anda mengenai kemampuan dalam mengerjakan sesuatu untuk kepentingan hidup anda ?
Virtue : Pada tingkatan mana anda merasa nyaman terhadap jalan hidup bila dihubungkan dengan standar moral yang dianut.
Power : Pada tingkatan mana anda perlu harus mengontrol apa yang terjadi dalam hidup anda. Apa yang kamu rasakan
4). Role PerformanceApa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda untuk melakukan segala sesutu sesuai peran anda ? Apakah peran saat ini membuat anda puas ?


Saturday, December 6, 2008

PELAYANAN KEPERAWATAN DITINJAU DARI SISI ETIK DAN HUKUM.

PELAYANAN KEPERAWATAN
Bentuk Pelayanan :
Fisiologis
Psikologis
Sosial dan Kultural
Diberikan karena :
Ketidakmampuan
Ketidakmauan
Ketidaktahuan Dalam memenuhi kebutuhan dasaryang sedang terganggu

FOKUS KEPERAWATAN :
Respons Klien Terhadap :
Penyakit
Pengobatan
Lingkungan

Praktik Keperawatan Profesional
Tindakan Mandiri Perawat Profesional
Melalui Kerjasama Dengan :
KlienTenaga
Kesehatan Lain

Sesuai Dengan :
Wewenang
Tanggung Jawab

Menggunakan Pendekatan
Proses Keperawatan Yang Dinamis

KEWENANGAN PERAWAT :
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan
2. Merumuskan diagnosis keperawatan
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan keperawatan (termasuk tindakan medik yang dapat dilakukan perawat)
5. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan
6. Mendokumentasikan hasil keperawatan
7. Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada sistem klien
8. Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian berdasarkan kemampuannya
9. Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang mengancam nyawa sesuai ketentuan yang berlaku (Standing Order) di sarana kesehatan
10. Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten, perawat berwenang melaksanakan tindakan kesehatan diluar kewenangannya

TANGGUNG JAWAB UTAMA PERAWAT ADALAH :
1. Meningkatkan Kesehatan
2. Mencegah Penyakit
3. Memulihkan Kesehatan
4. Mengurangi Penderitaan

LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN
1. Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.
2. Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan system klien.
3. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya.
4. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep.

CAKUPAN PERILAKU PERAWAT :
Tindak pidana terhadap nyawa.
Tindak terhadap tubuh
Tindak pidana yang berkenaan dengan Asuhan Keperawatan semata untuk tujuan komersial
Tindak pidana yang berkenaan dengan pelaksanan Asuhan Keperawatan tanpa keahlian atau kewenangan
Tindak pidana yang berkenaan dengan tidak dipenuhinya persyaratan administratif
Tindak pidana yang berkenaan dengan hak atas informasi
Tindak pidana yang berkenaan dengan produksi dan peredaran alat kesehatan dan sediaan informasi

Mengakibatkan orang mati atau luka karena salahnya.

KUHP Pasal 359
Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara selama - lamanya lima tahun atau kurungan selama - lamanya satu tahun.


KUHP Pasal 360
Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang Luka Berat di hukum dengan hukuman penjara selama - lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama - lamanya satu tahun.
• Luka berat : Penyakit / luka yang tak boleh harap akan sembuh lagi dengan sempurna atau mendatangkan bahaya maut.
Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama - lamanya 9 bulan atau hukuman kurungan selama - lamanya 6 bulan.

KUHP Pasal 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam melakukan sesuatu jabatan atau pekerjaan, maka hukuman dapat ditambah dengan sepertiganya dan si tersalah dapat dipecat dari pekerjaannya.

Tindakan keperawatan yang beresiko terhadap kemungkinan terjadinya sangsi hukum antara lain :
• Perawatan luka
• Monitoring cairan infus
• Monitoring pemberian O2
• Pemberian injeksi
• Memasang sonde
• Fixasi / pengikatan

5. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.
Berdasarkan kompetensi yang memenuhi standar dan memperhatikanKaidah Etik, Moral, Hukum

BOLEH DAN BISA

TINJAUAN ETIK DAN HUKUMDALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

A. ASPEK ETIK :
Kode Etik Keperawatan

BAB IITANGGUNG JAWAB PERAWATTERHADAP TUGAS

Pasal 5
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu keluarga dan masyarakat.

Pasal 6
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Pasal 7
Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

Pasal 8
Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

Pasal 9
Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.

BAB VTANGGUNG JAWAB PERAWATTERHADAP PEMERINTAH, BANGSA DANTANAH AIR

Pasal 17
Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

PERAWAT DAN KLIEN
• Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
• Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
• Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
• Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Sanksi Hukum Membuka RahasiaKUHP Pasal 322” Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, Yang menurut jabatannya ataupekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, ia diwajibkan menyimpannya,Dihukum penjara selama-lamanya sembilan bulan”

Pembuktian bahwa seseorang itu membuka rahasia :

• Yang diberitahukan (dibuka) itu harus rahasia
• Bahwa orang itu diwajibkan untuk menyimpan rahasia tersebut, dan ia harus betul-betul mengetahui bahwa ia harus wajib menyimpan rahasia itu
• Bahwa kewajiban untuk menyimpan rahasia itu adalah akibat dari suatu jabatan atau pekerjaan sekarang maupun maupun yang dahulu pernah ia jabat
• Membukanya rahasia itu dilakukan dengan sengaja

Pasal 23
1.Perawat dalam menjalankan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan :
• Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan.
• Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun kunjugan rumah.
• Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan, formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir rujukan.
2. Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan standart perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

PERMASALAHAN DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN YANG DAPAT MENIMBULKAN MASALAH HUKUM

1. Membuka Rahasia
Rahasia : yaitu barang sesuatu yang hanya diketahui oleh yang berkepentingan, sedangkan orang lain belum mengetahuinya.
Tuntutan untuk menyimpan rahasia bagi perawat
• Kode etik keperawatan Indonesia hubungan perawat dan klien,butir 4, perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya.
• Asas Etik yaitu Asas Kerahasiaan tenaga kesehatan harusmenghormati kerahasiaan klien, meskipun telah meninggal
• SK Menkes 1239/2001 Pasal 16 huruf Ca. Perawat berkewajiban menyimpan kerahasiaan sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlakub. Lafal sumpah jabatan Perawat

PERAWAT DAN PRAKTIK
Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidangkeperawatan melalui belajar terus menerus.Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang kuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.

B. ASPEK HUKUM

I. Undang - Undang No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan

Pasal 32
1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.
2. Penyembuhan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmukedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat di pertanggungjawabkan.
3. Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmukedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmukedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

Pasal 50
1. Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Pasal 53
1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

Pasal 54
1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian di tentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

Pasal 55
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.

II. PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB III

Pasal 4.
Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatanSetelah tenaga kesehatan yang bersangkutan
Memenuhi ijin dari menteri

III. KepMenKes No. 1239/2001 tentang Registrasi dan PraktikPerawat

BAB III

Pasal 8
1. Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan atau kelompok.
2. Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan harus memiliki SIK.
3. Perawat yang melaksanakan praktik perorangan / berkelompok harus memiliki SIPP.

BAB IV
Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk :
1. Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
2. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a meliputi : intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimanadimaksud huruf a dan b harus sesuai dengan standart asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
4. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter.

Pasal 17
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban mematuhi standart profesi.

Pasal 19
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi profesi.

Pasal 20
1. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang / pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
2. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk penyelamatan jiwa.


SIMPULAN
Pengendalian praktik keperawatan secara internal adalah Kode Etik sedangkan secara eksternal adalah hukumPraktik keperawatan harus dilakukan secara BENAR dalam arti keilmuanya dan BAIK dalam arti aspek Etik dan Legalnya.Praktik keperawatan berkaitan erat dengan kehidupan manusia untuk itu praktik keperawatan harus dilakukan oleh perawat profesional yang berkompeten.Setiap perawat yang praktik wajib memiliki SIP, SIK, SIPP.


Wednesday, December 3, 2008

Re: Role ang Function of nurses (Peran dan fungsi Perawat)

Author: SANDI EFFENDI (220111080030)
Date: Thursday, November 13, 2008 15:15
Menanggapi tulisan saudara Sardi, saya sependapat bahwa sebelum  mau
diakui harga diri, eksistensi kita dilapangan sebagai perawat yang
menjalankan peran dan fungsi profesinya secara benar, kita harus
introspeksi dulu individu masing-masing, apakah kita selama ini sudah
betul-betul menjalankan peran dan fungsi perawat atau belum. Masalah ini
menurut saya masalah yang kompleks yang membutuhkan solusi dari berbagai
sudut pandang, dan perlu waktu untuk berubah. Pertama faktor kebijakan
pemerintah, di kuwait contohnya secara teori dan praktik keperawatan
tidak ada job description yang jelas sehingga perawat yang bekerja di
frontline/ garis depan akan menghandle segalanya,mulai dari manajemen
keperawatan, tulis menulis dokumen di nurse chart dan komputer, merawat
kebutuhan dasar pasien seperti bedridden care dan ADL-nya, sampai
sebagian kerjaan porter, cleaner, lab thech, physiotherapyst dan dokter
di garap habis sama kita. sehingga kondisi yang terjadi dilapangan beban
bertumpuk di perawat, karena kalau tidak dikerjakan yang terjadi adalah:
imbalance, kerja tidak selesai dan masalah akan muncul yang akhirnya
perawat yang kena atau akan menanggung tanggung jawab, yang berefek
kualitas dan servis perawatan minim, kurang dan tidak optimal. Harusnya
pemerintah kuwait membagi tugas-tugas keperawatan dalam berbagai jenis
katagori, seperti di negara maju Amerika, ada nurse incharge/ manager,
dari bsn, yang bertugas khusus untuk memanage ruangan dan perawat, lapis
kedua ada LPN/lisence practical nurse, berpendidikan perawat dibawah
bsn, yang bertugas mengasih obat dan merawat pasien. Lapis ketiga adalah
nursing aids/ pembantu perawat, yang bertugas membantu kebutuhan dasar
pasien, seperti memandikan pasien, kebutuhan eliminasi, dan
lain-lain,ada lab tech nician yang bertugas untuk mengambil darah, ada
plebotomist yang bekerja menginsert cannula atau memasang infusan, ada
physiotherapyst yang bekerja sesuai fungsinya. Dengan adanya pembagian
tugas ini, beban-beban dan tugas perawat berkurang sehingga efektifitas
dan kualitas perawatan menjadi meningkat.
Yang kedua adalah dari sudut pandang pasien, selama pasien memandang
perawat sebagai pembantu yang berbaju putih, peran dan fungsi perawat
yang diinginkan sulit tercapai karena merawat dan membantu kebutuhan
dasar pasien adalah cuma sebagian kecil saja dari disiplin ilmu dan
garapan perawat, sehingga perubahan yang diinginkan mengalami hambatan
disebabkan paradigma pasien dalam memandang sosok perawat, tapi seriing
dengan perkembangan zaman dan pasen yang melek pendidikan semakin
banyak, diharapkan cara pandang pasen akan berbeda, yang akan memandang
sosok perawat secara integral, dari berbagai sudut pandang baik pribadi
maupun profesi.

Health bealieve model

Author: SARDI (220111080049)
Date: Sunday, November 9, 2008 19:19
Salam,

Health belive model didasarkan atas ketakutan seseorang akan akibat dari sesuatu hal,
dalam hal ini penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.
Cara penggunaan model ini dalam tatanan kesehatan bisa saja digabungkan dengan
model kesehatan yang lain. penekanannya pada health believe model kita yakinkan kan
pasien bahwa akibat atau kondisi kesehatan tertentu bisa sangat berbahaya atau
merugikan pada dirinya, kalaupun resiko atau kerentanan pasien terhadap kondisi
tertentu rendah, kita bisa naikan sedikit statusnya menjadi sedang, sehingga pasien
merasa takut akan akibatnya dan mengikuti anjuran atau pendidikan kesehatan yang
kita berikan. sebaliknya model ini melepaskan tanggung jawab sepenuhnya kepada
pasien, jika ia ikuti nasehat kita itu baik, jika tidak maka resiko berada sepenuhnya
ditangan pasien. kuncinya adalah jangan pernah menyalahkan pasien jika ia gagal atau
tidak mampu untuk mencegah atau mengatasi atau gagal untuk mengikuti anjuran kita.
Health believe model ini juga penggunaannya dalam jangka pendek, jadi diharapkan
suatu peubahan perilaku dalam jangka pendek misalnya 1 minggu, tetapi tidak dalm
waktu 6 bulan atau satu tahun sehingga lebih cocok untuk digunakan dihospital setting.
teori ini juga tidak cocok untuk digunakan pada perilaku yang didorong oleh keadaan
emosi misalnya merokok, minum alkohol dsb, juga kurang tepat untuk diterapkan dalam
linkup yang lebih besar misalnya keluarga atau kelompok.
Contoh penggunaan teori ini misalnya pada pasien diabetik yang harus mengkonsumsi
diabetik diet, kita bisa menjelaskan akibat dari DM jika kadar gula darahnya tidak
terkontrol, bisa kita buat sedemikian rupa sehingga pasien bisa menjadi takut atau
merasa sesuatu jangan sampai terjadi pada dirinya yang diakibatkan oleh perilaku
tertentu. dan seterusnya sesuai dengan 6 langkah dari teori ini.
Untuk effektifnya teori ini, tentu kemampuan perawat dalam berkomunikasi sangat
diperlukan, kalau dikuwait ya bahasa arap kita dan tekhnik pendekatan kita tehadap
pasien.

Apakah Peran dan Fungsi Perawat udah maksimal?

Author: BISRI MUSTOFA (220111080039)
Date: Sunday, November 9, 2008 14:25
Kalau kita kembali waktu DIII Keperawat dulu, masih ingat kah peran perawat
profesional pemul, yaitu :
1. Melaksanakan pelayanan keperawatan professional dalam suatu system pelayanan
kesehatan sesuai kebijakan umumn pemerintah yang berlandaskan pancasila,
khususnya pelayanan dan /atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas bardasarkan kaidah-kaidah keperawatan.
2. Menunjukan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan
keperawatan
3. Berperan sereta dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan/asuhan keperawatan
4. Berperan secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk
hidup sehat
5. Mngembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan
profesional
6. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk
menerima perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya

Sangat Mulia kan profesi kita... Tapi pertanyaannya
1. Apakah kita udah melaksanakan semuanya?
2. Apakah ada penghargaan yang diberikan oleh profesi lain terhadap tugas mulia kita?
3. Bagaimana dengan Undang-Undang Keperawatan Kita ?
4. Bagaimana Profesional kita bisa diakui oleh profesi lain?

Sunday, November 30, 2008

sudah siapkah kita sebagai perawat yang profesional???

Author: MAHFUD I ALMAHDAL (220111080031)
Date: Thursday, November 13, 2008 03:50
Masih terlalu banyak hambatan yang dihadapi oleh profsi keperawatan
untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga bisa dikatakan sebagai
perawat yang profesional, selama ini mungkin apa yang kita lakukan
sebatas hanya pada rutinitas kerja tanpa mengetahui apa rasional dari
suatu tindakan yang kita kerjakan. Minimnya level pendidikan dan
pengetahuan adalah salah satu penyebabnya. selain itu sistem kesenioran
masih sangat kental dan mengakar, dengan kata lain seseorang di
tempatkan bukan berdasarkan level pendidikannya tetapi berdasarkan
kesenioritasan. Oleh karena itu kalau kita mau maju kembangkanlah diri
kita dengan ilmu pengetahuan, karena keptofesionalan tidak hanya
terampil dalam bertindak tetapi mengerti akan rasional suatu tindakan
yang dilakukan serta dapat mempertanggung jawabkan hasil dari suatu
tindakan yang di berikan.
Apakah kita sudah siap dan mampu??? hanya kita sendiri yang bisa
mnejawabnya.

Followers

Nursing students

Kuwait
Sardi, Sandi Effendi, Asep Maekel, Ridwan Jamaluddin, David Maulana Abdillah, Hernawati Husair