Sunday, November 30, 2008

sudah siapkah kita sebagai perawat yang profesional???

Author: MAHFUD I ALMAHDAL (220111080031)
Date: Thursday, November 13, 2008 03:50
Masih terlalu banyak hambatan yang dihadapi oleh profsi keperawatan
untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga bisa dikatakan sebagai
perawat yang profesional, selama ini mungkin apa yang kita lakukan
sebatas hanya pada rutinitas kerja tanpa mengetahui apa rasional dari
suatu tindakan yang kita kerjakan. Minimnya level pendidikan dan
pengetahuan adalah salah satu penyebabnya. selain itu sistem kesenioran
masih sangat kental dan mengakar, dengan kata lain seseorang di
tempatkan bukan berdasarkan level pendidikannya tetapi berdasarkan
kesenioritasan. Oleh karena itu kalau kita mau maju kembangkanlah diri
kita dengan ilmu pengetahuan, karena keptofesionalan tidak hanya
terampil dalam bertindak tetapi mengerti akan rasional suatu tindakan
yang dilakukan serta dapat mempertanggung jawabkan hasil dari suatu
tindakan yang di berikan.
Apakah kita sudah siap dan mampu??? hanya kita sendiri yang bisa
mnejawabnya.

Re: ringkasan teori

Author: SARDI (220111080049)
Date: Saturday, November 15, 2008 13:52
Ass....
Memang semua yang coba diungkapkan oleh para ahli keperawatan tersebut adalah teori
yang berusaha untuk menjelaskan suatu fenomena, semua teori baik itu keperawatan
atau teori yang lain sebenarnya hanya sebuah kebetulan, bukan kebenaran. karena
memang semua fenomena sudah ada hukumnya,sudah ada aturannya, sudah ada
ukurannya yang ditentukan oleh pencipta-Nya.
Yang menjadi masalah adalah kebanyakan dan hampir semua dari mereka yang
berusaha mengungkapkan suatu kebetulan adalah mereka yang memilki pemikiran
materialistis, bahkan sebagian atheis yang tidak mengakui keberadaan Tuhan sang
Pencipta. semuanya hanya berdasarkan rasio.
Mungkin dimasa mendatang akan bermunulan ahli ahli keperawatan khususnya dari
orang orang Muslim atau Muslimah, yang sudah barang tentu teori yang diungkapkan
akan mengakui adanya Sang Pencipta Yaitu Allah Subhanahuwataalla.

Wassalam
Sardi

ringkasan teori

Author: SANDI EFFENDI (220111080030)
Date: Thursday, November 13, 2008 14:21
Kalau saya boleh menyimpulkan sedikit ringkasan tulisan Sharon L. Van
Sell, RN, Ed.D., PAHM
dalam bukunya NURSING: RECEDING AND EVOLVING PARADIGMs
Beliau membagi paradigma keperawatan dalam 3 klasifikasi:
pertama: Mechanical paradigm yang dijelaskan oleh Capra (1982) bahwa
tubuh manusia bekerja layaknya seperti mesin, sehingga melayani orang
sakit seperti kita memperbaiki tubuh/mesin yang rusak.
Kedua: konsep Holistik Paradigma, menurut Twiname dan Boyd, bahwa sehat
terjadi akibat adanya keseimbangan dan keharmonisan dengan alam, jika
keseimbangan dan keharmonisan ini terganggu berakibat sakit, hampir sama
dengan teori yin dan yang china.
ketiga: paradigma deep ecological, konsep yang lebih modern dan maju
dibandingkan konsep yang dua tadi. Dipelopori oleh Arne Naess filsuf
dari Norwegia. The deep ecology paradigm ditandai dengan adanya saling
berhubungan yang sangat mendasar dari berbagai fenomena di alam dan
dalam faktanya manusia sebagai makhluk individu dan sosial, yang setiap
orang sangat ketergantungan dan tidak terlepas dari hukum dan siklus
alam.Sedikit beraliran naturalis.
Perawat-perawat di negara maju terutama Amerika sudah mempraktikan
konsep ini.


Tapi kalau saya sedikit menambahkan ada konsep keempat yang agak
dikesampingkan oleh ketiga teori tadi, yang agak sedikit dan hampir
tidak melibatkan keberadaan Tuhan sang pencipta, yang mengatur dan
memelihara semua alam semesta beserta isinya. Walaupun secara sudut
pandang ilmiah konsep sehat sakit terjadi karena gangguan siklus di alam
dan adanya penyakit dalam tubuh, tapi secara hakikat itu semua terjadi
bukan faktor kebetulan, suatu fakta adanya sang pencipta. Bisa kita
sebut, The creator's paradigm/ paradigma sang pencipta. Mengambil
referensi ilmiah dari hadis Abu Daud: Sesungguhnya Allah menurunkan
penyakit dan menjadikan bagi setiap penyakit itu obat, karena hendaklah
kamu semua berobat, dan janganlah berobat dengan benda haram.
hadis lain:Berobatlah, karena Allah tidak menurukan penyakit kecuali
Allah menyediakan baginya obat, kecuali satu penyakit, yaitu tua.
dalam Al quran surat As-syuára 80: Dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan aku.
Untuk referensi lebih detail bisa dilihat di blog
saya:www.sanseff.multiply.com
Dengan kaidah ini, perawat harus menjadikan konsep ini sebagai pijakan
dalam merawat pasen, semua tindakan keperawatan, medis dan pengobatan
yang dilakukan ke pasen semata-mata adalah usaha manusiawi semata tanpa
mempunyai kekuasaan mutlak dalam menyembuhkan sakit pasien kecuali ada
peran sang pencipta dalam proses penyembuhan tersebut.

Spiritual care in nursing practice

Author: SANDI EFFENDI (220111080030)
Date: Monday, November 24, 2008 19:59
Spiritual care selama ini dimensi yang terlupakan dan kurang mendapat
perhatian yang serius baik dalam lingkup profesi perawat maupun tim
kesehatan lainnya, perawat merupakan profesi yang tangguh dan handal
berjuang di garis depan mulai dari memelihara kesehatan individu dan
pasien, proses kelahiran, sakit, sakit kronis sampai mengantarkan pasen
meninggal dengan terhormat, tatkala profesi lain sudah angkat tangan
tidak bisa menyembuhkan sakit pasen, tapi profesi perawat masih terus
memberikan support dan pelayanan terbaik sampai nafas terakhir.
Pentingnya spiritual support ini sudah menjadi perhatian dan perenungan
yang mendalam melalui study dan eksperimen oleh para pemikir-pemikir
barat di profesi keperawatan. Sayangnya konsep dan theory-theory yang
dihasilkan mereka masih ngambang kurang tepat sasaran, karena hasil yang
didapatkan berdasarkan perenungan dan phenomena bukan konsep
ketuhanan.Ibarat rudal kita butuh yang tepat sasaran dan berdaya ledak
tinggi, sudah menjadi tanggung jawab kita dimensi ini kita perdalam,
karena dimedan tempur telah menanti kita, chronic pasein dengan aids,
leukemia, beragam cancer, dan dying pasein yang membutuhkan spiritual
well being, spiritual support dan spiritual needs, bukan cuma memberikan
ketenangan, ketentraman dan kedamaian api mengantarkan pasen dengan
selamat menuju gerbang kematian menghadap sang pencipta.

spiritiual aspect of nursing care

Author: SARDI (220111080049)
Date: Saturday, November 15, 2008 17:32
Assalamu'alaikum..

Setelah membaca beberapa literatur tentang spiritual care dan sikap perawat terhadap
sprititual need dapat disimpulkan bahwa spiritual support yang diberikan oleh perawat
dapat sangat membantu pasien dalam menghadapi berbagai situasi dan masalah
kesehatan, tetapi sayangnya semua literatur rata rata disampaikan oleh mereka yang
non Muslim yang sudah barang tentu berbeda dengan kita yang muslim cara
pendekatannya,
Spitual care bisa diidentikkan juga dengan religius care, karena apa yang pasien percaya
tentang konsep sehat sakit, hidup dan mati biasanya sangat dipengaruhi sekali oleh latar
belakang agamanya. memang pada saat sekarang ini dinegara negara yang non muslim
sudah menawarkan spiritual suport khususnya bagi muslim, misalnya dari menu
makanan yang halal, tempat tidur yang menghadap kiblat dan juga imam atau ustad
yang memberikan bimbingan kepada pasien. tetapi lagi lagi perawat lah yang
berkesempatan luas sekali untuk memberikan spritual care, karena jumlah atau ustad
sangat terbatas dan biasanya hanya sepintas lalu saja datang atau jika diminta saja.

sepanjang pengalaman saya bekerja, terkadang sipiritual care ini terlupakan, banyak
pasien sebenarnya membutuhkan tetapi perawat terkadang kurang sensitif, hal ini bisa
terjadi karena kita kurang mendapat latihan untuk memberikan spiritual care, merasa
pengetahuan agama kita masih kurang atau merasa spiritual care merupakan suatu
yang ekslusif yang tidak perlu harus selalu diberikan.

khususnya dikuwait yang merupakan negara muslim, terkadang perawat melupakan sisi
keagamaan dalam perawatan, bisa jadi karena sebagian besar perawatnya juga non
muslim. Padahal sipiritual care ini sangant membantu sekali pasien misalnya untuk
beradaptasi dalam mengahdapi kondisi kesehatannya, ditempat saya bekerja misalnya
diorthopedic hspital banyak pasien yang pada awalnya belum bisa menerima
keadaannya setelah kecelakaan atau trauma, sebagai contoh pasien dengan cedera
tulang belakang yang lumpuh total, butuh spiritual dan religius support agar ia dapat
menerima keadaannya yang mungkin sepanjang sisa hidupnya, banyak yanng merasa
putus asa dan marah pada Tuhan dan ingin mengakhiri hidupnya. disinilah perawat
diharapkan harus bertindak terlebih lagi bagi mereka yang muslim. terkadang dengan
hanya mau mendengarkan keluhan pasien dengan seksama kita sudah memberikan
suatu kekutan spiritual kepada pasien terlebih lagi jika kita mampu untuk memberikan
masukan masukan atau dakwah kepasien maka akan lebih sangat membantu pasien dan
juga bermanfaat bagi diri kita sendiri.

Wassalam.

Review Artikel

oleh: Sandi effendi

Review dari artikel referensi, ada dua jenis gaya komunikasi dan efeknya
terhadap pasen, pertama perawat dan health care provider memakai gaya
komunikasi biomedikal atau tradisional dengan pendekatan close ended
komunikasi dan pertanyaan tertutup yang berfokus hanya merespon keluhan
pasen tanpa dan sedikit melibatkan partisipasi pasen, dan berkomunikasi
tatkala ada prosedur dan tindakan yang kadang tidak manusiaw., Yang
kedua memakai pendekatan gaya komunikasi biopsikososial yang melibatkan
pasen aktif dalam komunikasi, memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan
perawatan pasen. Menurut hasil riset, gaya komunikasi kedua memiliki
beberapa nilai positif diantaranya meningkatkan kepuasan pasen dalam
pelayanan kesehatan, meningkatkan ketaatan dan kepatuhan pasen dalam
pengobatan dan meningkatkan kesembuhan sakit pasen. Pengalaman
dilapangan sebagian besar gaya komunikasi kita mengarah ke gaya pertama
disebabkan karena beberapa faktor; language barrier contohnya, bahasa
arab dan bahasa inggris menjadi kendala kita untuk menerangkan dan
menjelaskan lebih detail dengan bahasa kesehatan kepada pasen yang
berbeda bahasa ibu dan bahasa nasionalnya dengan kita. Selanjutnya, kita
tidak mau diambil pusing sama pasen, dengan banyaknya menerangkan dan
berkomunikasi membikin pasen banyak bertanya dan merintah yang kdang
bukan garapan atau job description kita, contoh gaya orang Mesir, tidak
cukup diterangkan satu kali, mereka akan bertanya berkali-kali dengan
pertanyaan yang sama, yang akhirnya waktu kita juga terbuang padahal
pekerjaan lain menanti, padahal kalau ditelaah salah satu yang
ditanyakan sama mereka adalah pertanyaan garapan profesi lain yang
karena kurangnya komunikasi kepada pasen akhirnya pasen kebingungan dan
bertanya kepada kita, misalnya pasen diadmit di rumah sakit hari ini
untuk jadwal operasi besok, tapi tidak mempunyai pengetahuan dan tidak
di kasih tahu tentang jenis operasi, anesthesia, siapa dokter yang mau
mengoperasi dia, resiko, lamanya tinggal setelah operasi, dll, sampai
informed consent yang harusnya kita sebagai witness akhirnya mengerjakan
tugas limpahan dari mereka karena kondisi, yang sebagian besar waktu
kita terfokus dan mengerjakan tugas limpahan, apakah kondisi ini dapat
diterima secara professional? sehingga secara otomatis kita terjebak
kepada komunikasi gaya pertama.
Wassalam

Saturday, November 29, 2008

refleksi komunikasi

Oleh: Sardi

Komunikasi dalam keperawatan sangat vital keberadaanya. komunikasi merupakan
proses perpindahan pesan atau informasi dari pengrim ke pada penerima. Elemen
elemen kominikasi antara lain Sender atau pengirim, Encoding, transmissian,
Decoding,
Action dan feedback.
Sebagai seorang perawat setiap harinya kita berkomunikasi baik itu dengan pasien,
sesama perawat dan juda dengan tim kesehatannya lainnya. kegagalan kita dalam
berkomunikasi dapat berakibat pada pelayanan keperawatan yang kita berikan
terhadap
pasien. sebagai contoh pada saat kita mealkukan pengkajian kegagalan untuk
memperoleh informasi dari pasien secara lengkap akan mempengaruhi terhadap
keputusan kita tentang kebutuhan dan masalah keperawatan yang ada pada pasien,
komunikasi antara perawat dengan pasien dipengaruhi antara lain oleh gara
komunikasi yang digunakan oleh perawat serta, untuk dikuwait terutama, oleh
kemampuan bahasa
serta tingkat pengetahuan perawat dan juga pasien. pasien yang terdiri dari
berbagai
macam bangsa dan latar belakang pendidikan merupakan tantanga yang paling besar,
tidak semua pasien mengerti bahasa inggris atau bahasa arab dengan baik begitu juga
dengan perawat tidak semua perawat mahir dalam bahasa inggris dan juga arab atau
bahasa lainnya sehingga terkadang terjadi salah persepsi atau penafsiran dari apa yang
ditanyakan atau disampaikan oleh pasien. terkadang juga terjadi keluhan atau komplain
dari pasien hanya karena komunikasi yang tidak jelas.

komunikasi juga terjadi antara perawat dengan perawat sehari hari baik dalam satu unit
atau pun ketika mentrnsfer patien keunit yang lain misalnya ICU, OT, atau keruangan
yang lainnya atau bahkan rumah sakit atau institusi yang lainnya, kualitas komunikasi
yang kita lakukan akan sangat berpengaruh terhadap kelanjutan peawatan yang akan
diterima oleh pasien, kendalanya lagi lagi pada bahasa dan pengetahuan serta
pengalaman perawat, perbedaab cara pengucapan kata, dialeks, serta istilah yang sulit
bisa membuat salah penafsiran terutama jika komunikasi dilkukan hanya secara lisan
misalnya melalui telepon.

Kominikasi juga terjadi antara perawat dengan profesi keshatan yang lainnya, dokter
terutama sangat tergantung pada informasi yang diberikan oleh perawat dalam
menentukan diagnosis dan treatment, keselahan kita menyampaikan data misalnya vital
signs, riwayat kesehatan, lab report, akan menyebabkan kesalahan pada keputusan
yang dibuat oleh dokter dan juga profesi kesehatan yang lainnya.

oleh sebab itu sebagai seorang perawat yang profesional kita harus mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan kita terutama dalam berkomunikasi, gunakan gaya
komunikasi biopsikososial agar informasi yang didapat lebih menyeluruh, validasi ulang
semua informasi yang kita dapatkan baik secara langsung atau pun dari telepon, catat
segera dan dokumentsikan segera informasi yang kita terima, dan banyak hal lainnya
yang bisa kita lakukan.

Wassalam,
Sardi.

Wednesday, November 26, 2008

Culture Care Diversity and Universality

Culture Care Diversity and Universality
Madeleine M. Leininger


Pendidikan Madeliene M. Leininger

* Tahun 1948 lulus dari St. Anthony’s School of Nursing, Denver, CO.

* Tahun 1950 mendapat BSN dari Benedictine College, Atchison, KS.M.

* Tahun 1953 memperoleh MSc Keperawatan dari Catholic University, Washington, DC.

* Tahun 1965 mendapat gelar PhD dalam Antropology dari University of Washington, Seattle.

DASAR TEORI LEININGER

* Tahun 1940an à caring penting dalam keperawatan dan care adalah etos dominan keperawatan.

* Tahun 1950an à cultural shock : adanya recurrent behavioral differences à perbedaan ini punya dasar kultural .

* Kurangnya pengetahuan tentang kultural anak sebagai missing link dalam keperawatan untuk memahami variasi dalam perawatan klien .

Dasar Teori Leininger

Tahun 1979 : Transcultural care yaitu :

Suatu sub bidang pelajaran atau cabang keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis kultural mengenai praktek, keyakinan, dan nilai-nilai keperawatan dan perawatan sehat sakit.

Tujuan

Menyediakan/memberikan pelayanan asuhan perawatan yang bermutu dan efektif kepada orang lain berdasarkan nilai-nilai kultural mereka dan konteks sehat – sakit. Dibangun dari pemikiran bahwa manusia dari tiap kebudayaan tidak hanya dapat mengetahui dan mendefinisikan pengalaman dan perasaan dunia keperawatan mereka tetapi juga dapat menghubungkan pengalaman dan perasaan itu ke kepercayaan dan praktek kesehatan umum mereka

Konsep Teori Leininger

Tahun 1991,definisi yang lebih berorientasi untuk konsep :

Culture, cultural care, cultural care diversity, cultural care universality, nursing, worldview, dimensi struktur budaya dan social, konteks lingkungan, ethnohistory, generic (folk or lay) care system, sistim perawatan profesional, kesehatan, care/caring, culture care preservation, accommodation dan repatterning

* Budaya : keseluruhan nilai, kepercayaan, norma, dan cara hidup yang dipelajari, dibagi dan ditransmisikan dalam kelompok tertentu yang menuntun mereka dalam berpikir, mengambil keputusan dan bertindak dalam pola tertentu.

* Melekat dalam : bahasa, agama, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, teknologi, lingkungan.

* Cultural care à yang membantu, mendukung untuk memelihara kondisi & meningkatkan kesehatan.

* Cultural Care Preservation : maintenance

* Cultural Care Accomodation : negotiation

* Cultural Care Repatterning : restrukturisasi

* Health : status keadaan manusia yg secara kultural merefleksikan kemampuan melakukan aktifitas harian dlm cara hidup yg terpola

Development of the theory

* Dikembangkan Terutama sekali untuk menemukan jalan dan maksud dalam memberi kepedulian terhadap masyarakat yang mempunyai nilai-nilai berbeda dan jalan hidup masing-masing.

* Di desain untuk memandu perawat dalam menyediakan pelayanan keperawatan

* Teori ini tidak hanya berpusat pada interaksi perawat-klien tetapi berfokus juga meliputi kepedulian keluarga, kelompok, masyarakat, kultur dan institusi


Teori Leininger dan Paradigma Keperawatan

Leininger mengkritisi empat konsep keperawatan yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan

Definisi konseptual menurut asumsi dan teori dari M. Leininger

Ø Manusia : seseorang yang diberi perawatan dan harus diperhatikan kebutuhannya

Ø Kesehatan : konsep yang penting dalam perawatan transkultural

Ø Lingkungan tidak didefinisikan secara khusus, namun jika dilihat bahwa telah terwakili dalam kebudayaan, maka lingkungan adalah inti utama dari teori M. Leininger

Ø Keperawatan. Beliau menyajikan 3 tindakan yang sebangun dengan kebudayaan klien yaitu Cultural care preservation, accomodation dan repatterning

Kasus

Seorang wanita bersuku jawa, bernama Ny M berumur 61 tahun, pendidikan terakhir S1 dengan gelar Spd, masuk rumah sakit 3 hari yang lalu karena stroke dan sedang dalam masa pemulihan. Sekarang dia menderita kelemahan pada tubuh bagian kiri. Dia dirawat di RS B dikelas 1 dengan 1 orang pasien lainnya. Sebelum dia masuk rumah sakit karena stroke Ny M memelihara rumahnya sendiri dan cukup mandiri. Dia merupakan wanita yang ulet dan mandiri serta percaya dengan kemampuannya sendiri. Dia mengatakan bahwa dia juga aktif dalam berpolitik. Rumahnya berada di lingkungan tempat tinggal yang masih memegang kepercayaan tradisional yaitu tidak boleh merubah bentuk rumah sehingga daerah itu mempunyai nilai historis.

PEMBAHASAN

v Pengkajian

Dikaji berdasar aspek-aspek yang biasanya melekat dalam budaya antara lain:

Kinship dan struktur sosial: janda dengan dua anak, aktif dalam kelompok lansia dan menjadi tenaga sukarela bagian administrasi ditempatnya bekerja 1x seminggu.

Professional: dokter merupakan kepala tim dan profesi lainnya juga merupakan bagian dari tim.

Keperawatan: juga bagian dari tim, mengidentifikasi kebutuhan perawatan makan yaitu kebutuhan ADL.

v Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan dari area Diversity dan Universality yang belum terpenuhi, termasuk kebutuhan akan kemandirian akan mobilitas, makan, BAB, BAK dan kebutuhan interaksi dengan orang lain dalam kelompok lansia

v Perencanaan

Pemberian perawatan berdasarkan kebudayaan (cultural care preservation), pengakomodasian perawatan berdasarkan kebudayaan, restrukturisasi perawatan berdasarkan kebudayaan (cultural care repatterning) atau kombinasi dari ketiga-tiganya

v Implementasi

Pemeliharaan (preservation): membantu Ny M melakukan hubungan dengan anggota kelompok lansia yang lain.

Akomodasi: membantunya dalam belajar menggunakan alat bantu jalan.

Repatterning: menemaninya makan dengan menggunakan tangan kanan

v Evaluasi

Apakah sudah terpenuhi cultural diversity dan universality?

Apakah Ny M bisa memandang dirinya untuk melanjutkan kemandirian?

Kesimpulan

Ø Teori Leininger pada intinya menitik beratkan pada kebudayaan seseorang.

Ø Teori Leininger telah diusahakan untuk dapat diaplikasikan ke dalam berbagai budaya oleh penemunya yaitu Madeleine M. Leininger.

Ø Kekuatan utama dari teori ini adalah pentingnya pengenalan budaya dan pengaruhnya terhadap perawatan pasien.

Ø Teori Leininger sangat diperlukan dan membantu dalam praktek keperawatan, serta mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

Ø Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat perlu memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien sehingga klien dapat mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki cara hidupnya atau kondisinya.

Ø Pemberian informasi mengenai penyakit dan prosedur pengobatan kepada klien/ keluarga klien akan membantu kelancaran pengobatan.

SARAN :

Ø Hendaknya ada pemberian informasi yang jelas dari perawat kepada klien, sehingga tidak ada suatu penolakan klien dalam pengobatannya.

Ø Walaupun klien termasuk orang yang berpendidikan, hendaknya klien menerima anjuran yang diberikan dokter yang menanganinya.

Ø Seharusnya perawat lebih memperhatikan kebutuhan klien.

References :

Ø www.madeleine-leininger.com

Ø www.fik.ui.edu

Ø matsum.blogspot.com/2008/05/penerapan-teori-madeleine-leininger

Ø nursingart.blogspot.com/2008/07/nursing-theory

MODEL KEPERAWATAN MENURUT DOROTHEA OREM

MODEL KEPERAWATAN MENURUT DOROTHEA OREM

Model keperawatan Orem pertama kali diperkenalkan sekitar tahun 1959 sampai dengan 2001 oleh Dorothea Orem yang juga dikenal model keperawatan “Perawatan Mandiri (Self Care)”. Orem mengembangkan konsep keperawatan sekitar tahun 1971, ia mempublikasikannya dalam sebuah buku yang berjudul “Nursing concept of practice self care”.Model keperawatan ini pada awalnya diofokuskan pada perawatan individu, baru pada tahun 1980 pada edisi kedua bukunya teori ini dikembangkan pada mutipersons unit yaitu keluarga, kelompok dan komunitas. Teori ini biasanya digunakan dipusat pusat rehabilitasi dan perawatan kesehatan utama dimana pasien didorong untuk menjadi semandiri mungkin.

Pengertian keperawatan menurut Orem :

Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit” (Orem’s 1980).

Ø Keperawatan merupakan provisi dari perawatan mandiri yang mana berguna dalam mempertahankan hidup dan kesehatan, dalam proses penyembuhan dari penyakit atau trauma, atau sebagai suatu koping dari efek yang ditimbulkan oleh penyakit atau trauma.

Ø Keperawatan merupakan pelayanan terhadap masyarakat bukan turunan dari kedokteran.

Ø Keperawatan meningkatkan pencapaian tujuan dari perawatan diri secara mandiri.

Proses keperawatan menurut Orem

Proses keperawatan menurut Orem terdiri dari tiga langkah, yaitu:

1. Tentukan mengapa pasien membutuhkan perawatan.

2. Buat suatu sistem keperawatan dan rencanakan cara cara yang akan ditempuh untuk menyampaikan pelayanan keperawatan.

3. Langkah yang ketiga yaitu managemen dari sistem keperawatan, muali dari perencanaan, pelaksaan dan kontrol dari intervensi keperawatan.

Teori keperawatan menurut Orem secara umum terdiri dari 3 teori yang berbuhubungan satu sama lainnya yaitu:

1. Self care theory atau teory perawatan mandiri yang terdiri dari 3 langkah syarat (requisitions) perawatan diri atau katagori.

2. Self care deficit atau gangguan perawatan diri ysng terdiri dari 5 metode bantuan.

3. Nursing system theory atau teori system keperawatan.

A. Self Care theory ( teori perawatan mandiri )

Teori ini didasarkan atas konsep konsep :

Ø Perawatan diri secara mandiri.

Ø Agensi agensi perawatan mandiri.

Ø Syarat kebutuhan perawatan mandiri.

Ø Kebutuhan perawatan mandiri yang terapeutik.

a. Perawatan diri secara mandiri.

Keperawatan diri adalah semua aktifitas yang dilakukan secara mandiri oleh seseorang atau individu guna untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatannya baik fisik, mental maupun spiritual sepanjang masa hidupnya. Karena pada dasarnya seseorang memilki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri dan orang lain. Perawatan mandiri merupakan perilaku yang dapat dipelajari yang dipengaruhi oleh metaparadigma seseorang, linkungan, kesehatan dan keperawatan.

b. Agensi agensi keperawatan mandiri menurut Orem.

Yaitu kemampuan individu untuk melakukan aktifitas perawatan diri sendiri, yang terdiri dari 2 agensi yaitu :

1. Self care agent yaitu orang atau individu yang melakukan atau menyediakan perawatan mandiri.

2. Dependent care agency yaitu orang selain individu yang menyediakan perawatan contohnya orang tua.

c. Syarat syarat atau kebutuhan akan perawatan mandiri menurut Orem.

Yaitu aksi dan tindakan yang dibutuhkan untuk menyediakan perawatan mandiri yang terdiri atas 3 katagori yaitu:

1. Universal yaitu syarat syarat dan kebutuhan yang umum tau lazim untuk semua orang. Ini meliputi aktifitas aktifitas yang penting buat seseorang untuk mempertahankan kesehatan dan vitalitasnya. Ada 8 elemen yang masuk dalam kriteria ini yang meliputi: udara, air makanan, eliminasi, aktifitas dan istirahat, kesendirian dan interaksi social, pencegahan dari bahaya dan peningkatan kesehatan.

2. Developmental yaitu kebutuhan yang timbul akaibat dari proses kematangan atau kedewasaan atau juga terbentuk akibat dari situasi atau kejadian tertentu. Ini meliputi intervensi intervensi keperawatan dan pendidikan kesehatan yang dibentuk untuk mengembalikan atau menopang seseorang mencapai kondisi kesehatan yang optimal. Contohnya toilet training pada balita dan cara makan yang sehat.

3. Health deviation atau penyimpangan kesehatan yaitu kebutuhan yang disebabkan oleh adanya penyakit, ketidakmampuan, trauma atau akibat yang timbul dari proses pengobatannya. Dengan kata lain seseorang dengan berbagai variasi dapat memenuhi atau mendapatkan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kesehatan dan keseimbangan dalam arti atau cara yang lebih individual.

B. Self Care deficit Orem’s atau teori gangguan perawatan diri.

Ketika seseorang sangat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri mereka sendiri, kekurangan atau gangguan perawatan diri terjadi. Ini merupakan pekerjaan perawat untuk menentukan gangguan atau kekurangan yang dimiliki oleh pasien dan menentukan intervensi perawatan apa yang dapat diberikan. Seseorang dapat memperoleh intervensi keperawatan jika institusi kesehatan menghalangi dirinya untuk melakukan perawatan diri secara mandiri atau dalam situasi dimana kemampuan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Intervensi keperawatannya difokuskan pada identifikasi terhadap keterbatasan atau kekurangan individu dan mengimplementasikan intervensi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Ada 4 metode bantuan yang dapat diperlukan oleh perawat yaitu:

Ø Aksi atau melakukan sesuatu tindakan keperawatan secara langsung.

Ø Membimbing.

Ø Pendidikan kesehatan.

Ø Memberikan dukungan.

Ø Menyediakan lingkungan untuk mendukung kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan sekarang ataupun yang akan datang.

C. Toeri system keperawatan menurut Orem .

Teori ini menjelaskan:

Ø Tanggung jawab perawat.

Ø Peran perawat dan pasien.

Ø Rasional dari hubungan perawat pasien.

Ø Jenis tindakan yang dibutuhkan untuk untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Toeri ini juga merujuk pada beberapa tindakan yang dibutuhkan oleh perawat untuk memnuhi kebutuhan perawatan pasien. Ini ditentukan oleh kebutuhan perawatan diri pasien yang terdiri atas 3 sistem yaitu:

1. Wholly compensatory yaitu pasien yang tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri secara total dan membutuhkan bantuan perawat secara penuh.

2. Partially compensatory yaitu pasien dan perawat bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan pasien

3. Educative/ supportive compensatory yaitu perawat berperan sebagai konsultan, guru dan narasumber, pasien secara madiri memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.

Penggunaan teori keperawatan Orem dilapangan.

· Teori keperawatan Orem banyak digunakan dalam kurikulum diberbagai sekolah sekolah keperawatan.

· Rencana asuhan keperawatan adalah sebagai contoh bagaimana teori ini digunakan dalam proses asuhan keperawatan.

Metaparadigma teory keperawatan Orem.

a. Individu ( pasien )

Ø Merupakan penerima dari pelayanan kesehatan.

Ø Manusia berfungsi secara biologis, siombolis dan sosial.

Ø Mempunyai kemampuan untuk belajar dan berkembang dan merupkan subjek terhadap perubahan alam.

Ø Dapat terlibat dalam tindakan tindakan yang disengaja, pemahaman terhadap pengalaman dan melakukan aksi yang menguntungkan bagi dirinya.

Ø Dapat belajar untuk memenuhi kebutuhan perawatannya sendiri .

Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena kapasitas manusia :

Ø Dapat merefleksikan diri mereka sendiri dan lingkungannnya.

Ø Mengungkapakan apa yang mereka rasakan.

Ø Menggunakan symbol symbol kreasi seperti ide ide atau kata kata dalam berfikir, berkomunikasi dan dalam membimbing usaha usaha yang menguntungkan dirinya ataupun orang lain.

b. Lingkungan.

Ø Kondisi lingkungan – lingkungan fisik dan psycososial.

Ø Linkungan tumbuh kembang – penigkatan pertumbuhan dan perkembangan diri, melalui motivasi untuk mencapai tujuan yang sesuai dan merubah perilaku guna untuk mencapai tujuan tersebut.

Ø Dapat secara positf dan negative memepengaruhi individu dalam mencapai pemenuhan kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

c. Keperawatan

Ø Pelayanan yang ditujukan untuk membantu diri sendiri dan orang lain.

Ø Dibutuhkan jika kebutuhan akan keperawatan diri melebihi kemampuan individu untuk merawat dirinya sendiri.

Ø Mempromosikan pasien sebagai agen dalam perawatan diri secara mandiri.

Ø Memiliki berbagai komponen yang terdiri dari:

a. Nursing Art yaitu dasar teori keperawatan maupun displin ilmu yang lain seperti ilmu pengetahuan umum, seni dan kemanusiaan.

b. Nursing Prudence yaitu kualitas yang menyebabkan perawat mampu untuk mencari nasehat dalam situasi yang sulit atau baru, untuk membuat penilaian yang benar, untuk memutuskan bertindak dengan sikap sikap tertentu, dan atau untuk bertindak.

c. Nursing service yaitu sebuah bantuan pelayanan keperawatan.

d. Nursing agency yaitu kemampuan dari seorang register nurse.

e. Role and theory: peran perawat dan pasien tidak dapat dipisahkan karena mereka bekerja bersama sama untuk mencapai perawatan diri sendiri secara mandiri.

f. Tekhnologi khusus.

· Tehnologi social dan interpersonal diantaranya tehnologi komunikasi, koordinasi, menciptakan dan mempertahankan hubungan terapetik, memberikan bantuan.

· Tekhnologi regulasi diantaranya meningkatkan dan mempertahankan proses kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan, fungsi dari psiko dan fisiologis.

d. Kesehatan

Ø Mendukung dalam menigkatkan dan mempertahankan kesehatan

Ø Mendukung anggapan dari pelayanan kesehatan yang menyeluruh untuk register nurse dan dan meningkatkan tanggung jawab pasien dalam perawatan.

Dengan mempelajari model konsep / teori keperawatan sebagaimana disampaikan dimuka maka dapat disimpulkan betapa perawat harus memahami apa yang harus dilakukan secara tepat dan akurat sehingga klien dapat memperoleh haknya secara tepat dan benar. Asuhan keperawatan dengan pemilihan model konsep / teori keperawatan yang sesuai dengan karakteristik klien dapat memberikan asuhan keperawatan yang relevan.

Model konsep / teori keperawatan self care mempunyai makna bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk memperolehnya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui potensi pasien untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat menentukan tingkat bantuan yang akan diberikan.

Untuk dapat menerapkan model konsep / teori keperawatan ini diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang terapeutik.

Followers

Nursing students

Kuwait
Sardi, Sandi Effendi, Asep Maekel, Ridwan Jamaluddin, David Maulana Abdillah, Hernawati Husair