By Sardi
A. Latar belakang
Pada tahun 1985, secara besar besaran dikarenakan oleh berkembangnya HIV/AIDS, petunjuk untuk melindungi para pekerja kesehatan agar tidak terinfeksi oleh virus HIV dan penyakit lain yang ditularkan melalui darah maka dikembangkan suatu rujukan pencegahan yang disebut dengan Universal Precaution (UP), secara cepat Rumah Sakit dan Klinik melaksanakan program ini dikarenakan selain melindungi pekerja kesehatan dari penularan infeksi juga mencegah penularan dari pasien ke pasien dan juga penularan dari pekerja kesehatan ke pasien.
Selain itu juga karena sebagian besar penyakit infeksi yang disebarkan melalui darah seperti HIV/AIDS tidak memilki tanda-tanda dan tidak dapat dikenali ketika menginfeksi seseorang. Universal Precaution kemudian dimodifikasi untuk semua orang yang datang ke fasilitas kesehatan tanpa memperhitungkan apakah mereka terinfeksi atau tidak (CDC 1985).
Hampir pada saat yang bersamaan UP diperkenalkan, suatu system yang baru yang melindungi pekerja kesehatan dan pasien juga diperkernalkan sebagai alternatif dari UP yang diperuntukkan bagi penyakit infeksi yang telah terdiagnosis (Lynch et al 1987). Pendekatan ini dikenal dengan Body Subtance Isolation (BSI), difokuskan untuk melindungi pekerja kesehatan dan pasien dari semua cairan dan substansi tubuh yang kemungkinan terinfeksi (sekresi dan eksresi) tidak hanya darah. BSI di dasarkan pertama kali dengan penggunaan sarung tangan. Pekerja kesehatan diharuskan untuk menggunakan sarung tangan bersih sebelum menyentuh membran mukosa dan kulit yang terluka dan sebelum kontak dengan cairan tubuh seperti darah, semen, sekresi vagina,cairan yang keluar dari luka, sputum, air liur, cairan amnion dsb, masalah masalah lain yang tercakup dalam BSI antara lain:
a. Perlindungan imunisasi bagi staff dan pasien yang dicurigai dari penyakit yang ditularkan melalui airborne dan droplet seperti: measles, mumps, chicken fox dan rubella. Begitu juga dengan imunisasi hepatitis A dan B dan juga tetanus toxoid, termasuk juga boosternya,
b. Juga merevisi tentang peraturan sebelum memasuki kamar pasien atau perawatan pada pasien yang terinfeksi dengan penyakit yang menyebar melalui airborne (Lynch et al 1990).
BSI cepat sekali diterima dan diimplementasikan di Rumah Sakit dan Klinik di Amerika dikarenakan hal ini sederhana dan mudah dipelajari dan juga semua pasien, tidak hanya yang telah terdiagnosis mungkin terinfeksi. Kerugiannya adalah biaya tambahan yang lebih mahal yang harus ditanggung oleh rumah sakit atau pasien (Patterson et al 1991)
Sebagai akibatnya sebagian pekerja kesehatan mulai bingung mana yang harus mereka gunakan apakah UP atau BSI, sebagian menggunakan UP dan sebagian lagi menggunakan BSI, memang bagi mereka yang menggunakan UP juga melaksanakan BSI begitu juga sebaliknya. Selain itu juga banyak pertentangan mengenai penggunaan sarung tangan dan mencuci tangan, juga perlunya perlindungan lebih pada penyakit yang disebarkan melalui airborne, droplet dan dengan cara kontak langsung merupakan keterbatasan utama BSI (Rudnick et al 1993)
Barulah setelah itu dikembangkan satu system terpadu tentang prosedur isolasi yang hemat secara logistic dan mencegah begitu banyak infeksi di fasilitas kesehatan dan yang telah diketahui semua cara penyebarannya.
Acuan baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996 meliputi dua level pendekatan yaitu:
a. Standard Precaution, yang digunakan bagi semua pasien dan klien yang datang ke fasilitas kesehatan, dan
b. Transmission-Based Precaution, yang digunakan hanya bagi pasien yang dirawat dirumah sakit.(Garner and HICPAC 1996)
Sistem baru ini mencakup kedua ciri dari UP dan BSI, terlebih lagi ini meaggantikan system pencegahan spesifik pada suatu penyakit yang susah untuk dilaksanakan.
Dikarenakan sebagian besar orang yang megidap infeksi virus yang ditularkan melalui darah seperti HIV dan HBV tidak memilki gejala atau tidak dapat dikenali apakah mereka terinfeksi atau tidak maka Standar Precaution dirancang untuk semua orang pasien, klien dan staff tanpa memeperhitungkan apakah mereka terinfeksi atau tidak. Standar precaution digunakan untuk darah dan semua cairan tubuh sekresi dan ekskresi (selain keringat) kulit yang terluka dan juga membran mukosa. Menggunakan standard precaution merupakan strategi utama untuk mencegah infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat dirumah sakit.
Selama bertahun tahun telah diketahui bahwa sarung tangan terbukti lebih efektif dibandingkan gawn dalam mencegah kontaminasi silang (LeClair et al 1987), tetapi keterbatasan dana terutama di negara yang miskin dalam menyediakan sarung tangan menjadi masalah utama.selain itu ketersediaan air bersih dan sterilisai alat alat kesehatan juga menjadi masalah, oleh sebab itu pihak yang berwenang diminta untuk melakukan penelitian dan merevisi Standard precaution ini sesuai dengan apa yang mungkin dan dapat dilaksanakan di negara masing masing.
B. Definisi
Standar precaution adalah prosedur pencegahan penyebaran infeksi yang mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Objek yang dijadikan perhatian adalah : darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit yang terbuka dan membran mukosa.
C. Tujuan dan Manfaat
Adalah untuk mencegah atau meminimalisasi terjadinya penyebaran infeksi dari pasien ke pekerja kesehatan dan sebaliknya atau dari pasien ke pasien lainnya (infeksi nosokomial).
A. Landasan Teori
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).
Infeksi adalah keberhasilan menginvasi, menetap dan bertumbuhnya mikroorganisme di dalam jaringan tubuh hospesnya. Dapat bersifat akut atau kronis. Cross infection infeksi yang terjadi jika mikrooganisme pathogen berpindah dari orang yang satu ke orang lain, atau dari binatang kepada manusia. Cara penularan infeksi bisa melalui
1. Kontak ; Langsung, tidak langsung, droplet
2. Udara ; Debu, kulit lepas
3. Alat ; Darah, makanan, cairan intra vena
4. Vektor / serangga; Nyamuk, lalat
Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi antara lain: faktor internal (seperti usia, penggunaan obat, penyakit penyerta,
malnutrisi, kolonisasi flora normal tubuh, personalhygiene yang rendah,perilaku personal dll) serta faktor eksternal (seperti banyaknya petugas kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur invasif, lama tinggal di RS, lingkungan yang terkontaminasi dll).
Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi. Mereka terbagi dalam 4 golongan yaitu Bakteri, virus, jamur/fungi dan parasit. Kolonisasi berarti pathogenic microorganism telah ada dalam tubuh seseorang tapi belum menimbulkan gejala-gejala dan kelainan medis tapi bisa terdeteksi dengan pemeriksaan culture test.
Infeksi juga berarti kolonisasi organism telah menimbulkan penyakit (respon seluler) pada tubuh seseorang. Terjadinya kontak dengan dengan microorganism tidak langsung menyebabkan infeksi karena adanya mekanisme pertahanan alami tubuh (immune system) untuk melawan dan menghancurkan mikroorganisme tersebut. Demikian ketika organisme menyebar dari seorang ke orang lain maka akibatnya kolonisasi lebih dari infeksi umumnya. Orang yang terkolonisasi dapat menjadi sumber utama penyebab untuk penyebaran pathogen ke orang lain (crosscontamination) terutama jika organisme bertahan dalam tubuh (chronic carrier) seperti orang dengan infeksi HBV, HCV dan HIV.
Pencegahan infeksi tergantung bagaimana pemasangan barrier/penghalang antara orang dengan immune system yang menurun dan mikroorganisme. Protektive barrier bisa berupa fisik, mekanikal atau kemikal proses dapat membantu mencegah penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi dari:
1. Orang ke orang (pasien, petugas kesehatan dll)
2. Perlengkapan, alat-alat dan lingkungan kepada orang.
B. Standar Precaution
Komponen utama dari standar precaution adalah sebagai berikut:
1. Mencuci tangan atau menggunakan antiseptic handscrub.
a. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, ekskresi dan alat alat yang terkontaminasi.
b. Segera setelah melepaskan sarung tangan.
c. Diantara kontak pasien kepasien.
2. Sarung tangan.
a. Untuk kontak dengan darah, cairan tubuh sekresi dan alat alat yang terkontaminasi.
b. Untuk kontak dengan membrane mukosa dan kulit yang terluka.
3. Masker, pelindung mata dan masker wajah.
Melindungi membrane mukosa dari mata, hidung, dan mulut ketika kemungkinan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh.
4. Gowns atau apron.
a. Melindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh.
b. Mencegah pengotoran pakaian selama prosedur yang mungkin juga kontak dengan darah atau cairan tubuh.
5. Linen.
a. Tangani dengan hati hati linen yang kotor jangan sampai mengenai kulit atau membrane mukosa.
b. Jangan rendam linen yang kotor didaerah perawatan pasien.
6. Alat alat yang digunakan untuk perawatan pasien.
a. Tangani dengan hati hati alat alat yang telah digunakan atau kotor untuk mencegah kontak dengan kulit atau membrane mukosa atau untuk mencegah mengotori pakaian dan lingkungan.
b. Bersihkan alat alat yang dapat digunakan kembali sebelum digunakan.
7. Kebersihan lingkungan.
Secara rutin rawat, bersihkan dan desinfeksi peralatan dan furniture diarea perawatan pasien.
8. Peralatan yang tajam.
a. Hindari menutup kembali jarum suntik yang telah digunakan.
b. Hindari melepaskan jarum suntik yang telah digunakan dari disposable syringe.
c. Hindari untuk membengkokan atau memanipulasi jarum yang telah digunakan.
d. Tempatkan benda benda tajam dan jarum di tempat yang tahan tusukan.
9. Resusitasi pasien.
Gunakan pelindung mulut, resuscitation bag atau peralatan ventilasi yang lain untuk menghindari mulut ke mulut resusitasi.
10. Penempatan pasien.
Tempatkan pasien yang mengkontaminasi lingkungan atau tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan di kamar khusus.
Contoh-contoh dibawah ini menciptakan suatu tahanan pelindung untuk mencegah infeksi pada pasien dan pekerja kesehatan dan memperlihatkan suatu cara untuk melaksanakan pelaksanaan Standar Precaution yang baru.
1. Anggaplah setiap orang baik pasien maupun staff sebagai seseorang yang potensial terinfeksi dan rentan terhadap infeksi.
2. Mencuci tangan, merupakan prosedur yang paling penting untuk mencegah infeksi silang ( baik orang ke orang atau pun dari benda yang terkontaminasi ke orang).
3. Menggunakan sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh segala sesuatu yang basah, kulit yang terluka, membran mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya, atau peralatan yang kotor dan sampah yang terkontaminasi, atau ketika akan melakukan setiap tindakan invasive.
4. Gunakan pelindung fisik, (protektif goggles, masker wajah, dan apron) jika kemungkinan akan terkena atau terpercik dengan semua bentuk cairan tubuh (sekresi dan eksresi) misalnya pada saat membersihkan peralatan dan yang lainnya.
5. Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit atau membrane mukosa sebelum tindakan operasi, membersihkan luka atau melakukan handrub atau juga surgicalscrub dengan menggunakan antiseptic yang berbahan dasar alcohol.
6. Gunakan praktek kerja yang aman seperti tidak menutup kembali atau membengkokan jarum suntik yang telah dipakai, ketika memberikan sesuatu yang tanjam atau alat untuk menjahit luka juga harus ekstra hati hati.
7. Buang sampah dan bahan yang terinfeksi dengan aman, untuk menlindungi mereka yang menangani dan membuangnya dan juga untuk melindungi masyarakat umum.
8. Proses semua instrumen, sarung tangan dan alat alat yang lainnya setelah digunakan dengan cara didekontaminasikan terlebih dahulu dan bersihkan hingga benar benar bersih setelah itu disterilisasikan atau desinfeksikan secara baik sesuai dengan prosedur yang dianjurkan.
Proses Keperawatan pada tindakan Standar Precaution
A. Handwashing.
Handwashing atau mencuci tangan adalah menggosokkan semua permukaan dan celah-celah tangan secara bersamaan dengan menggunakan sabun atau bahan kimia dan air. Cuci tangan merupakn satu komponen dari semua tipe isolation precaution dan ini merupakan hal yang paling dasar dan efektif dalam mengontrol infeksi dengan cara mencegah transmisi agen-agen infeksi.
Tiga kunci utama mencuci tangan adalah sabun, atau bahan kima dan air serta friksi atau gesekan kedua belah tangan. Sabun yang mengandung anti microbial biasanya digunakan pada daerah yang berisiko tinggi seperti emergensi departement dan ruang perawatan.
Mencuci tangan harus dilakukan ketika tiba di tempat kerja, sebelum meningggalkan tempat kerja, diantara kontak dengan pasien, setelah melepaskan sarung tangan, atau ketika ytangan terlihat kotor, sebelum makan, setelah membuang kotoran, setelah kontak dengan cairan tubuh dan setelah bersentuhhan dengan alat alat yang terkontaminasi dan setelah melakukan prosedur invasive. Durasi lamanya mencuci tangan tergantung pada situasi, mencuci tangan seama 10 sampai dengan 15 detik direkomendasikan untuk membersihkan transient flora dari kedua tangan, area yang berisiko tinggi seperti nurseries biasanya dianjurkan untuk mencuci tangan selama 2 menit, dan tangan yang kotor boiasanya membutuhkan waktu yang lebih lama.(CDC 1983,1991)
1. Pengkajian
a. Kaji lingkungan apakah fasilitasnya cukup memadai untuk mencusi tangan. Apakah airnya bersih? Apakah tersedia sabun? Apakah ada handuk yang kering untuk mengeringkan tangan anda?
b. Teliti dan periksa kedua tangan anda apakah terdapat luka, kuku yang terkelupas atau ada darha yang sangat kotor.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko terhadap infeksi
3. Perencanaan.
a. Tujuan yang ingin dicapai
Tangan perawat atau caregiver akan dibersihkan secara adekuat untuk menghilangkan mikroorganisme, transient flora, dan kotoran dari kulit
b. Alat alat yang dibutuhkan
1) Sabun.
2) Tissue atau kain handuk.
3) Basin atau wastafel.
4) Air keran yang mengalir.
c. Perkiraan waktu untuk menyelesaikan cuci tangan sekitar 3 menit
d. Pendidikan kesehatan yang dibutuhkan
1) Ajarkan pasien untuk mencuci tangan ketika terlihat kotor, sebelum makan, setelah buang kotoran baik kecil maupun besar, dan setelah kontak dengan cairan tubuh.
2) Ajarkan kepada klien untuk mencuci tagan dari daerah yang sedikit kotor kedaerah yang lebih kotor.
3) Ajarkan kepada pasien untuk menutup keran dengan tissue atau handuk untuk mencegah tangan terkontaminasi kembali.
4. Implementasi.
a. Lepaskan perhiasan seperti cincin, sedangkan jam tangan jika memungkinkan bisa ditolak ke atas kearah siku atau pertengahan pergelangan, juga gulung lengan baju ke atas siku atau lengan
b. Periksa kedua tangan apakah terdapat luka, kuku yang rusak atau tersayat, luka atau lecet pada kulit, atau daerah yang teramat kotor.
c. Buka kran air, atur aliran dan suhunya, suhu air haruslah hangat.
d. Basahi kedua tangan dan lengan bawah di bawah air kran yang mengalir, letakan tangan dalam posisi ke bawah dengan siku lurus. Hindari memercikan air atau menyentuh wastafel.
e. Gunakan sekitar 5 ml sabun cair, ratakan keseluruh tangan.
f. Secara menyeluruh gesekan kedua tangan selama 10 sampai 15 detik, masukan jari jari tangan yang satu kecelah jari tangan yang lain dan gesekan kedepan dan belakang. Gesek telapak dan belakang tangan dengan gerakan melingkar. Perhatikan secara khusus pada lipatan tangan dan kuku jari yang diketahui sebagai tempat tinggal mikroorganisme.
g. Bilas kedua tangan dalam posisi kebawah dengan siku lurus, bilas dari arah lengan, ke pergelangan dan jari-jari tangan.
h. Keringkan tangan secara menyeluruh dengan tissue atu handuk dari arah jari tangan menuju ke pergelangan tangan dan buang tissue ditempat sampah
i. Matikan kran air dengan dilapisi tissue yang bersih dan kering atau handuk.
5. Evaluasi.
a. Mencuci tangan adekuat untuk mengontrol flora topical dan agen agen penyebab infeksi yang ada ditangan
b. Tangan tidak terkontaminasi selama ata segera sesudah mencuci tangan
6. Dokumentasi
Tidak ada dokumentasi yang dibutuhkan untuk cuci tangan yang rutin bagi perawat.
B. Memakai dan melepaskan sarung tangan dan gowns yang bersih dan yang terkontaminasi
1. Pengkajian
a. Kaji kondisi klien untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya spesifik isolation precaution. Jenis dari mikroorganisme dan cara penyebarannya menentukan tingkat precaution yang akan digunakan.
b. Periksa hasil laboratory pasien untuk mengetahui organism apa yang menginfeksi pasien dan respon dari system immune pasien.
c. Periksa tindakan apa yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan agar semua bahan dan alat yang dibutuhkan tersedia.
d. Kaji pengetahuan pasien tentang perlunya menggunakan sarung tangan dan gowns untuk mengarahkan pendidikan kesehatan pada pasien.
e. Periksa prosedur apa yang sedang dilakukan dimana tidak semua prosedur yang steril membutuhkan gown.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko terjadinya infeksi.
b. Isolasi social.
c. Situasional penurunan harga diri.
3. Perencanaan
a. Tujuan yang ingin dicapai.
1) Pasien akan berinteraksi pada level social yang sesuai dengan dengan perawat, keluarga, dan pengunjung yang lain.
2) Pasien akan tetap terbebas dari infeksi nosokomial.
3) Perawat dan pasien yang lainnya akan tetap terbebas dari infeksi nosokomial
b. Alat yang dibutuhkan
1) Gown, yang steril atau pun yang bersih
2) Sarung tangah baik yang steril atau yang bersih
c. Pendidikan kesehatan yang dibutuhkan
1) Pasien harus dibertahukan alasan dan kebutuhan terhadap isolasi.
2) Pasien harus dianjurkan bahwa penggunaan masker, cap dan gown akan dihentikan ketika sudah dirasa aman dari infeksi, walaupun sarung tangan akan terus digunakan untuk sebagai environmental precaution.
3) Pasien serta keluarga yang mendampinginya harus melaporkan kepada perawat jika terdapat tanda tanda infeksi.
4) Sediakan informasi terulis tentang mengapa harus dilakuakn isolasi dan minta pasien dan keluarga atau caregiver mengulangi atau menjelaskan apa yang telah mereka ketahui dan alasan mengapa dilakukan isolasi.
5) Minta pasien dan kelurga untuk berpartisipasi dalam mempertahankan standar isolasi dengan menjelaskan segala bentuk penyimpangan atau pelanggran tkhnik isolasi yang mereka ketahui dan temukan.
4. Implementasi
a. Cuci tangan.
b. Pakai gown sebelum mengenakan masker atau cap.
a) Pastikan gown menutupi semua pakaian anda.
b) Tarik lengan gown turun sampai kepergealngan tangan.
c) Ikat gown pada daerah leher dan pinggang.
c. Pakai sarung tangan yang bersih, jika digunakan dengan gown, pakai sarung tanagn setelah gown dan tarik sarung tangan sehingga menutupi lengan gown.
d. Masuki runagan pasien dan jelaskan perlunya menggunakan sarung tangan dan gown.
e. Setelah melakukan tugas tugas yang penting, lepaskan sarung tangan dan gown sebelum meninggalkan ruangan.
1) Buka ikatan gown dan lepaskan dari bahu, lipat dan gulung gown kedepan sehingga membentuk bola, sehingga bagian yang terkontaminasi digulung dibagian tengah gown lau buang ditempat yang sesuai.
2) Pegang bagian tepi luar dari sarung tangan dan tarik serta balikan bagian luar kedalam. Pegang dan satukan dengan sarung tangan yang sebelah lagi.
3) Lepaskan sarung tangan lainya dengan tanpa menyentuh bagian luarnya, balikan sarung tangan tersebut yang luar kedalam dan masukan sarung tangan pertama kedalamnya bersamaan ketika melepaskanya. Buang sarung tangan tersebut ketempat yang sesuai.
f. Cuci tangan.
5. Evaluasi
a. Klien berinreraksi pada level social dengan perawat, anggota keluarga dan pengunjung yang lainnya.
b. Klien bebas dari infeksi nosokomial.
c. Staff dan semua populasi pasien tetap bebas dari tanda dan gejala infeksi.
6. Dokumentasi
a. Dalam bentuk naratif dokumentasikan metode apa yang digunakan dalam perawatan pasien untuk mencegah terjadinya infeksi dan penyebarannya. Jangan lupa untuk mencatat jika terjadi kesalahan dalam tekhnik isolasi.
b. Catat respon dan tanggapan pasien dan keluarga terhadap isolasi.
C. Memakai penutup kepala dan sarung tangan.
Mencuci tangan merupakan satu tekhnik yang paling penting untuk mengontrol infeksi. Sedangkan metode yang lain yang digunakan untuk mengontrol infeksi adalah penggunaan penghalang atau barrier yang special seperti masker dan penutup kepala. Masker diperlukan ketika merawat pasien dalam strict isolation, kontak isolasi, atau respiratori isolasi. Masker jugan harus digunakan ketika merawat pasien dengan gangguan system imun tubuh atau pasien dengan hepatitis B atau AIDS. Pelindung mata dan muka biasanya juga digunakan sebagai tambahan dari masker.
1. Pengkajian
a. Kaji prosedur yang spesifik yang dibutuhkan dalam perawatan pasien yang sesuai dengan kondisi pasien. Jenis dari mikroorganisme dan cara penyebarannya menentukan tingkat kehati hatian yang dibutuhkan.
b. Periksa hasil laboratory pasien untuk mengetahui organism apa yang menginfeksi pasien dan respon dari system immune pasien.
c. Periksa tindakan apa yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan agar semua bahan dan alat yang dibutuhkan tersedia.
d. Kaji pengetahuan pasien tentang diperlikannya penggunaan masker dan cap kepala selama perawatan guna untuk mengarahkan paendidikan kesehatan terhadap pasien.
e. Kaji jenis tindakan operasi yang sedang dilakukan karena tidak semua prosedur steril yang membutuhkan masker dan penutup kepala.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko terjadinya infeksi.
b. Isolasi sosial.
c. Situasional penurunan harga diri.
3. Prencanaan
a. Tujuan yang diharapkan
1) Pasien akan berinteraksi pada level social yang sesuai dengan dengan perawat, keluarga, dan pengunjung yang lain.
2) Pasien akan tetap terbebas dari infeksi nosokomial.
3) Perawat dan pasien yang lainnya akan tetap terbebas dari infeksi nosokomial.
4) Perawat akan menghindari menyebarkan infeksi kepada orang lain.
b. Alat alat yang dibutuhkan
1) Penutup kepala atau Cap
2) Masker
3) Masker dengan penutup kepala jika dibutuhkan
c. Pendidikan kesehatan yang dibutuhkan.
1) Pasien harus diberi tahukan tentang diperlukannya isolasi.
2) Pasien harus diyakinkan bahwa tidak perlu lagi menggunakan masker dan penutup kepala jika keadaan sudah memungkinkan.
3) Pasien, caregiver dan juga keluarga harus melaporkan kepada perawat jika terdapat tanda dan gejala infeksi.
4. Implementasi
a. Cuci tangan.
b. Gunakan Cap atau penutup kepala, yakinkan bagi wanita untuk mengikat rambut dan seluruh rambut harus tertutup oleh cap. Bagi laki laki yang memilki jambang, jenggot dan kumis pastikan juga agar memakai cap yang menutupi semua rambut rambut ini.
c. Pakailah masker sehingga masker menutupi seluruh mulut dan hidung. Untuk masker yang menggunakan tali :
1) Pegang bagian atas masker dan tekan bagian atas masker yang terdapat metal didalamnya diatas batang hidung.
2) Tarik dua tali bagian atas diatas telinga dan ikatkan pada bagian belakang kepala.
3) Ikatkan dua tali masker bagian bawah didaerah leher bagian atas sehingga bagian bawah masker rapat tepat dibawah dagu.
d. Masuk kedalam kamar pasien dan jelaskan mengapa perawat harus memakai masker dan penutup kepala.
e. Setelah menyelesaikan pekerjaan yang dibutuhkan lepaskan masker dan penutup kepala sebelum meninggalkan kamar pasien.
1) Buka ikatan bagian bawah kemudian bagian atas dan lepaskan dari hidung dan mulut dengan tetap memegang pada bagian talinya dan buang ketempat yang sesuai.
2) Pegang permukaan bagian atas dari penutup kepala tarik dan lepaskan lalu buang pada tempat sampah yang sesuai.
f. Cuci tangan.
5. Evaluasi
a. Klien berinteraksi pada level sosial dengan perawat, anggota keluarga dan pengunjung yang lainnya.
b. Klien bebas dari infeksi nosokomial.
c. Staff dan semua populasi pasien tetap bebas dari tanda dan gejala infeksi
6. Dokumentasi
Dokumentasikan jenis protective barrier yang digunakan dan pemahaman pasien tentang proses
D. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi.
Tindakan pengontrolan infeksi ditujukan untuk semua klien, tanpa membedakan dimana tempat pelayanan kesehatannya. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi dari lingkungan pasien setelah tindakan perawatan meupakan tanggung jawab semua personel kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien dengan infeksi.
Menempatkan alat alat yang terkontaminasi secara tepat mencegah terjadinya kontaminasi silang disekitar lingkungan pasien dan juga infeksi silang terhadap individu lain disekitar pasien, peralatan perlu untuk dimasukkan ke dalam kantong plastik jika terkontaminasi dengan material yang terinfeksi seperti darah, nanah, cairan tubuh, feses atau sekresi dari saluran nafas. Hal ini dibutuhkan terutama pada setting dimana medical personel bekerja dengan banyak pasien sepanjang hari dengan resiko terhadap penyebaran infeksi dari klien kepada perawat, dari perawat ke perawat dan terhadap klien yang lain.
1. Pengkajian
a. Kaji proses penyakit yang terjadi pada pasien dan juga kondisi medis pasien. Mengetahui proses penyakit dan kondisi status kesehatan klien saat ini akan membantu perawat dalam merencanakan dan mengorganisir tindakan perawatan serta mengunakan metode infection control yang tepat.
b. Kaji pengetahuan pasien tentang tindakan pencegahan infeksi. Tentukan pemahaman tentang dasar dari tindakan pencegahan infeksi. Pasien mungkin akan merasa cemas dan bingung jika tindakan prosedur isolasi digunakan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko terhadap infeksi.
b. Isolasi sosial.
c. Situasional Low Self-Esteem.
3. Perencanaan
a. Tujuan yang akan dicapai:
1) Pasien akanmenunjukan pemahaman tentang prosedur pencegahan infeksi.
2) Klien akan mendemonstrasikan perawatan diri yang berhubungan dengan pencegahan infeksi.
3) Semua peralatan dan barang yang terkontaminasi disekitar pasien akan dibuang dengan prosedur yang tepat.
4) Personel yang merawat klien akan menggunakan metode infection control yang sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
b. Peralatan yang dibutuhkan:
1) Disposable sarung tangan.
2) Tempat tautan kantong linen.
3) Water soluble bag atau tempat pembuangan linen yang kotor. Beberapa tempat pelayanan kesehatan biasanya mengharuskan penggunaan double bag untuk linen yang terkontaminasi.
4) Katong linen yang lain jika double bagging diperlukan.
c. Pendidikan kesehatan terhadap pasien.
1) Ajarkan pasien tentang prosedur infectin control yang sedang dilakukan. Pasien yang telah dibertahu atau mengerti akan memonitor komplience dari perawat juga pengunjung terhadap prosedur pengontrolan infeksi.
2) Jelaskan kepada pasien tentang tindakan pengontrolan infeksi yang sedang akan digunakan.
3) Jelaskan kepada pasien tujuan dari setiap peralatan yang digunakan dan berhubungan seperti kantong linen dan tempat sampah yang special.
4) Demonstrasikan cara mencuci tangan yang tepat kepada pasien dan pengunjung.
5) Minta pasien untuk mengingatkan pengunjung untuk mencuci tangan ketika memasuki dan meninggalkan ruangan pasien dan untuk membuang barang barang pasien yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang telah disediakan. Hal ini terutama penting jika pengunjung juga iku berpartisipasi dalam perawatan pasien.
6) Dorong pasien dan keluarga untuk berkerja sama dalam universal precaution. Hal ini digunakan dalam perawatan pasien baik dirumah sakit atau pun dirumah.
4. Implementasi
a. Cuci tangan sebelum memasuki kamar pasien.
b. Guanakan sarung tangan disposable dan alat pelindung lainnya sesuai dengan situasi dan ketentuan dari rumah sakit atau agensi.
c. Tempatkan linen bag berlabel pada tautannya.
d. Kumpulkan linen dan pisahkan dari yang terkontaminasi.
e. Jangan biarkan linen untuk menyentuh lantai.
f. Tempatkan linen yang kotor kedalam kantong dan linen yang bersih ditempat yang lain.
g. Jangan meggoyang linen ketika memindahkannya dari tempat tidur atau kamar mandi.
h. Jangan biarkan linen yang kotor menyentuh baju anda, angkat linen dengan tangan didepan menjauh dari tubuh.
i. Jangan mengisi kantong linen terlalu penuh.
j. Ikat kantong linen dengan ketat.
k. Cek jika ada bocor atau robek pada kantong linen.
l. Gunakan double bag jika dikhawatirkan bagian luar dari kantong terkontaminasi.
m. Cuci tangan.
Double-bagging tekhnik:
n. Lakukan prosedur a - m lalu tempatkan kantung linen yang pertama kedalam kantong yang kedua bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan perawat yang lain.
o. Linen bag yang kedua diberikan label dan diikat.
p. Linen kemudian siap untuk dikirim ke laundry.
q. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar pasien.
Memindahkan peralatan dan bahan yang terkontaminasi lainnya.
a. Untuk penggantian dan pembuangan tempat sampah ikuti prosedur yang sama dengan linen.
b. Sharp container harus diganti ketika sudah penuh atau ketika bagian luarnya terkontaminasi atau sesuai dengan kebijakan agensi, kunci penutupnya dan ikuti prosedur rumah sakit untuk pembuangannya.
c. Selalu mencuci tangan ketika memasuki dan meniggalkan kamar pasien.
d. Gunakan peralatan yang disposable jika memungkinkan.
e. Bungkus dan beri label yang sesuai untuk alat-alat yang terkontaminasi dan tidak disposable dan membutuhkan metode pembersihan yang spesial seperti desinfektan atau sterilisasi.
f. Pisahkan alat alat dari meja prosedur dari peralatan sekali pakai dan yang dapat digunakan kembali. Kirim peralatan yang akan digunakan kembali setelah ditempatkan pada pembungkus yang sesuai ke CSSD.
g. Untuk specimen laboratory harus ditempatkan kontainer yang bebas bocor dan tidak membutuhkan precaution yang lain, cek jika kontainer tidak terkontaminasi dari bagian luar.
h. Cuci tangan.
5. Evaluasi
a. Klien menunjukan pemahamannya tentang prosedur pencegahan infeksi.
b. Klien menunjukan tindakan perawatan diri yang berhubungan dengan pencegahan infeksi.
c. Semua peralatan yang terkontaminasi dibuang ditempat dan cara yang sesuai.
d. Perawat yang merawat pasien menggunakan prosedur pencegahan infeksi yang sesuai yang ditentukan oleh kondisi kesehatan pasien.
6. Dokumentasi
a. Dokumnetasikan tindakan pencegahan infeksi yang telah digunakan.
b. Dokumentasikan segala kejadian yang menyalahi prosedur pencegahan infeksi jika ada.
E. Menggunakan sarung tangan steril dengan metode terbuka.
Asepsis atau tekhnik steril meliputi semua praktek yang menghilangkan semua mikroorganisme dan spora dari suatu objek atau area. Penggunaan sarung tangan merupakan inti dari tekhnik aseptic. Kemampuan untuk menggunakan peralatan yang steril tanpa terkontaminasi merupakan sesuatu yang sangat penting untuk beberapa prosedur diagnostic dan intervensi terapeutik lainnya. Beberapa prosedur keperawatan yang membutuhkan tekhnik steril antara lain:
1. Semua prosedur invasive baik itu perforasi kulit secara sengaja ( injeksi, pemasangan cannula atau kateter) atau masuk ke dalam rongga tubuh (tracheabronchial suctioning, memasukan urinary kateter)
2. Tindakan keperawatan pada kalian dengan kerusakan pada permukaan kulit (mengganti dressing pada luka atau daerah sekitar IV cannula)
Ada dua cara untuk memakai sarung tangan yaitu secara terbuka dan tertutup. Metode terbuka biasanya sering digunakan pada prosedur yang membutuhkan tekhnik steril seperti mengganti perban atau balutan tetapi tidak membutuhkan untuk menggunakan gown.
1. Pengkajian
a. Teliti bungkus dari sarung tangan yang steril. Apakah masih utuh? Apakah basah atau terkontaminasi? Apakah sudah expired? Periksa kesterilan dari sarung tangan yang akan anda gunakan.
b. Periksa lingkungan yang sekitar, Apakah ada tempat yang sesuai untuk membuka bungkusan dari sarung tangan dan mengunakannya, permukaannya harus kering dan datar, serta bebas dari kemungkinan terkontaminasi oleh mikroorganisme secara airborne. Permukaan yang datar dan kering serta bersih diperlukan untuk menggunakan sarung tangan.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko terjadinya infeksi.
3. Perencanaan
a. Tujuan yang ingin dicapai:
1) Kesterilan sarung tangan dapat dipertahankan ketika digunakan.
2) Kesterilan dari prosedur dapat dipertahankan.
b. Peralatan yang dibutuhkan.
Sarung tangan dalam bungkusan steril dengan ukuran yang sesuai.
c. Pendidikan kesehatan.
Beritahukan kepada pasien bahwa anda akan melakukan tindakan yang steril dan minta pasien untuk bekerjasama untuk tidak menyentuh sarung tangan yang steril, permukaan yang steril dan juga peralatan lain yang steril.
4. Implementasi
a. Cuci tangan.
b. Baca instruksi dari pembuat sarung tangan yang terdapat pada bungkus sarung tangan; lakukan sesuai petunjuk dalam membuka bungkusan luar dari sarung tangan, menempatkan bagian dalam dari pembungkus di atas permukaan yang bersih dan kering. Buka pembungkus bagian dalam sehingga sarung tangan terlihat.
c. Tentukan bagian yang kiri dan yang kanan; pakai sarung tangan pada tangan yang dominan terlebih dahulu.
d. Pegang lipatan pada pinggir sarung tangan sekitar 5 cm lebarnya dengan menggunakan ibu jari dan dua jari pertama dari tangan yang kurang dominan, pastikan anda hanya menyentuh bagian dalam dari lipatan tersebut.
e. Dengan gentle tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, yakinkan bahwa ibu jari dan jari kelingking sasuai dengan ukuran sarung tangan.
f. Dengan tangan dominan yang sudah bersarung tangan masukan jari anda ke bawah lipatan dari sarung tangan yang lainnya, ibu jari diabduksikan, pastikan untuk tidak menyentuh bagian manapun yang tidak steril.
g. Dengan gentle gunakan sarung tangan pada tangan yang tidak dominan pastikan jari-jari tangan masuk ke tempat yang sesuai
h. Dengan menggunakan kedua tangan yang bersarung tangan masukan jari tangan yang satu kejari tangan yang lainnya untuk lebih merapatkan sarung tangan kepada masing masing jari. Jika sarung tangan tersebut telah kotor lepaskan sarung tangan dengan membelikan bagian dalam keluar seperti berikut ini:
i. Masukan jari tangan dari tangan dominan yang memakai asrung tangan atau pegang sarung tangan pada bagian luar didaerah pergelangan jika tidak terdapat lipatan.
j. Tarik sarung tangan menuju jari jari dengan pertama kali membuka bagian dari ibu jari.
k. Masukan ibu jari yang sudah terlepas sarung tangannya kesarung tangan pada tangan lainnya didaerah pergelangan, hanya jari tangan yang masih menggunakan sarung tangan yang boleh menyentuh daerah yang kotor dari sarung tangan.
l. Tarik sarung tangan kebawah pada tangan yang dominan sampai pada daerah jarin tangan dan masukan sarung tangan ketangan yang sebelahnya.
m. Dengan tangan yang dominan sentuh hanya bagian dalam dari sarung tangan yang sebelah, tarik sarung tangan dari tangan yang domina sehingga hanya bagian dalam sarung tangan yang berada diluar.
n. Buang sarung tangan yang telah digunakan ditempat yang sesuai.
o. Cuci tangan.
5. Evaluasi
Sterilitas dari sarung tangan dan daerah yang steril dapat dipertahankan tanpa kerusakan.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan bahwa prosedur tersebut digunakan dengan tekhnik yang steril.
F. Surgical scrub
Mencuci tangan untuk keperluan operasi atau scrub dilakukan untuk menghilangan kotoran dan mikroorganisme dari kulit. Perawat yang bekerja dikamar operasi melakukan cuci tangan surgical untuk menurunkan resiko infeksi pada pasien jika tanpa disengaja sarung tangan yang steril dan robek atau rusak. Kulit pada tangan dan lengan perawat harus intact dan bebas dari luka. Di masing masing institusi kesehatan biasanya ditetapkan prosedur tentang bagai mana melakukan surgical scrub.
1. Pengkajian
a. Periksa lingkungan, peralatan serta kebersihan sekitar tempat mencuci tangan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi.
b. Periksa juga kesiapan anda, apakah anda sudah mempersiapkan handuk steril juga gown? Anda juga harus sudah menggunakan baju scrob dan menggunakan penutup sepatu atau sepatu special untuk kamar operasi. Kesiapan dari peralatan dan perawat membantu untuk mengurangi infeksi dengan mengurangi resiko terkontaminasi kembali setelah melakukan surgical scrub.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko terjadinya infeksi
3. Perencanaan
a. Tujuan yang ingin dicapai.
Tangan dan lengan akan dibersihkan secara maksimum untuk digunakan sarung tangan dan gowns.
b. Peralatan yang dibutuhkan.
a) Peralatan untuk surgical scrub (sabun antimicrobial, dua buah sikat, pembersih kuku )
b) Penutup sepatu atau sepatu khusus ruangan operasi, penutup kepala, masker wajah, gown yang steril serta sarung tangan yang steril dengan ukuran yang sesuai.
c) Handuk steril.
4. Implementasi
a. Menyiapkan untuk Surgical Handwashing.
1) Lepaskan cicin, kuku buatan, jam tangan dan anting anting yang tidak sesuai dengan penutup kepala.
2) Gunakan wastafel yang dalam dengan tempat sabun cair yang memilki tempat pijakan atau bagian lain untuk mengeluarkan cairan sabun serta control aliran air serta suhunya.
3) Siapkan juga dua sikat surgical.
4) Gunakan penutup sepatu dan kepala yang menutup rambut dan telinga seluruhnya.
5) Gunakan masker.
6) Sebelum memulai surgical scrub:
Buka bungkusan steril yang berisi gown dengan menggunakan aseptic tekhnik, buat lapangan steril dengan bagian dalam dari pembungkus gown.
Buka handuk yang steril dan jatuhkan ketengah lapangan steril.
Buka bungkus luar dari sarung tangan yang steril dan jatuhkan pembungkus dalam dari sarung tangan ketengah lapangan steril disebelah lipatan gown dan handuk.
7) Di wastafel yang dalam yang menggunakan control pada lutut atau kaki, buka kran air hangat, dibawah air yang mengalir basahi kedua lengan dan tangan (dari mulai siku keujung jari dengan menjaga agar lengan dan tangan tetap berada diatas siku selama melakukan prosedur (jangan sampai membasahi pakaian anda)
8) Gunakan sabun cair pada kedua tangan secukupnya dan gosokan sabun secara merata sampai 2 inchi diatas siku.
9) Gunakan pembersih kuku di bawah air yang mengalir, bersihkan bawah kuku dari setiap jari tangan dan jatuhkan pembersih kuku kedalan wastafel ketika selesai.
10) Basahi dan gunakan sabun pada sikat, jika dibutuhkan. Buka sikat yang masih terbungkus jika tersedia. Pegang sikat ditangan anda yang lebih dominan, dengan menggunakan gerakan melingkar, scrub kuku dan semua permukaan kulit pada tangan yang lainnya (10 gerakan pada setiap daerah kuku, telapak tangan dan bagian depan dari jari jari tangan).
11) Bilas sikat dengan air dan gunakan kembali sabun.
12) Lanjutkan scrub ketangan yang kurang dominan pada daerah bagian tengah bawah dan bagian atas lengan masing masing 10 kali gerakan melingkar kemudian jatuhjkan sikat kedalam wastapel.
13) Pertahankan tangan tetap berada lebih tinggi dari siku, tempatkan ujung jari dibawah air yang mengalir dan bilas tangan secara menyeluruh. Hati hati untuk tidak membasahi pakainan anda.
14) Ambil sikat yang kedua dan ulangi prosedur 10 – 13 pada tangan yang sebelahnya lagi.
15) Pertahankan tangan anda dalam posisi fleksi (diatas siku) dan menuju kekamar operasi dimana perlatan yang steril telah disediakan.
16) Ambil handuk yang steril dengan memegangnya pada salah satu pinggirnya, buka seluruh handuk secara keseluruhan dan pastikan untuk tidak menyentuh pakaian anda.
17) Keringkan setiap tangan dan lengan secara terpisah, keringkan jari jari tangan serta telapak tangan dengan gerakan melingkar sampai kesiku.
18) Balikkan handuk dan lakukan hal yang sama pada tangan sebelahnya.
19) Buang handuk yang telah digunakan ke dalam kantong linen.
b. Memakai gown.
1) Gown yang steril biasanya dilipat terbalik, bagian dalam keluar.
2) Pegang gown pada daerah leher dan biarkan gown terbuka didepan anda; tempatkan bagian dalam gown dihadapan anda jangan sampai menyentuh apapun.
3) Dengan tangan direntangkan setinggi bahu, masukan kedua tangan kedalam kedua lengan gown.
4) Perawat sirkuler akan berada dibelakang anda dan memegang bagian dalam dari gown membawanya melalui bahu dan mengikatkan tali pada daerah leher dan pinggang.
c. Menggunakan sarung tangan secara tertutup.
1) Dengan kedua tangan masih didalam kedua lengan baju, buka pembungkus dalam dari sarung tangan steril yang terdapat pada lapangan steril gown.
2) Dengan tangan yang kurang dominan pegang lipatan dari sarung tangan untuk tangan yang dominan dengan tangan tetap didalam lengan gown dan letakan sarung tangan diatas letakan diatas lengan tangan yang dominan. Dengan telapak tangan menghadap keatas; letakkan telapak dari sarung tangan berlawana dengan tepak dari lengan gown, dengan jari jari sarung tangan mengarah kesiku.
3) Manipulasi sarung tangan sehingga ibu jari dari tangan dominan yang masih berada dalam gown memegang lipatan cuff dari sarung tanagn; dengan tangan yang kurang dominan putar lipatan tersebut diatas tangan yang dominan dan lipatan gown
4) Tangan yang kurang dominan yan masih berada didalam gown pegang lipatan sarung tanagan dan lengan gown dari tangan yang dominan; perlahan lahan masukan jari jari kedalam sarung tangan, pastikan lipatan sarung tangan tetap berada diatas lipatan dari lengan gown.
5) Dengan tangan dominan yang sudah memggunakan sarung tangan ulangi prosedur 7 dan 8 pada tangan yang kurang dominan.
6) Masukan jari satu tangan kecelah jari tangan yang lain untuk memapankan posisi sarung tangan.
5. Evaluasi
a. Tangan dan lengan perawat dipersiapkan secara adequate untuk dipakaikan gown dan sarung tangan.
b. Tangan dan lengan tidak terkontaminasi setelah disrub.
c. Sterilitas dari sarung tangan dan gown diperthankan selama digunakan.
d. Sterilitas lingkungan sekitar dapat dipertahankan ketika perwat mrnggunakan sarung tangan dan gown.
6. Dokumentasi
Dokementasikan hanya jika terjadi kejadian yang menyebabkan berkurang atau rusaknya kesterilan baik alat maupun tangan perawat yang dapat mempengaruhi perawatan pasien dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
KESIMPULAN
Secara umum infeksi dapat didefinisikan sebagai berkembang biaknya penyakit pada hospes disertai timbulnya respon imunologik dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik.
Konsep dasar Standar Precaution pertama kali digagas pada tahun 1985 dengan istilah pada waktu itu bernama Universal Precaution, didasarkan penyebaran penyakit AIDS yang semakin mengkhawatirkan. Dalam perkembangannya prosedur Standar Precaution resmi diperkenalkan pada tahun 1996 oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika.
Tujuan utama dari prosedur Standar Precaution adalah untuk mencegah atau meminimalisasi penyebaran infeksi. Fokus utama dari prosedur Standar Precaution adalah sumber-sumber infeksi yang berasal dari: darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit yang terbuka dan membran mukosa.
Asuhan keperawatan pada tindakan Standar Precaution diberlakukan tidak hanya pada pasien tapi untuk semua orang yang terlibat kontak dengan pasien atau memasuki area beresiko tinggi terjadinya penyebaran infeksi, terutama fasilitas kesehatan. Tujuan terpenting dari prosedur precaution di fasilitas kesehatan adalah untuk mencegah atau mengurangi infeksi nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gaylene Bouska., Patricia Buchsel,. Valere Coxon,.(2000), Fundamental and Advance Nursing Skills, New York, Delmar’s.
2. Linda Tietjen,. Debora Bossemeyer,.Noel Mcintosh,. (2003). Infection Prevention guidelines. USA. JHPIEGO.
3. Sue Hincliff, (1999), Dictionary of Nursing terjemahan Indonesia oleh Andry Hartono.
4. www.fikunpad.ac.id, Standar precaution, diakses pada tanggal 15 Desember, 2008 jam 1 00 pm, Waktu Kuwait.
Thursday, January 15, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)
Followers
Nursing students
- MAHASIWA E-LEARNING UNPAD DI KUWAIT
- Kuwait
- Sardi, Sandi Effendi, Asep Maekel, Ridwan Jamaluddin, David Maulana Abdillah, Hernawati Husair